Lihat ke Halaman Asli

Jembatan Ampera Kota Palembang

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baik sobat kali ini saya akan mencerita tentang kota palembang yang biasa terkenal dengan makanan khasnya yang di sebut pempek huh ngomong-ngomong masalah makanan pempek membuat perut menjadi lapar, tapi kali ini kita fokus pada satu tema yakni Jembatan Ampera, jembatan ini yang sobat lihat di depan saya itu menghubungkan daerah sebrang ulu dan sebrang ilir yang di pisahkan oleh sungai musi. jembatan yang kita lihat ini sekarang sudah menjadi ikon kota palembang itu sendiri, dan yang paling terpenting lagi adalah sejarahnya yang sangat melekat di ingatan orang palembang, menurut yang saya dengar dari warga setempat Jembatan ini terrealisasikan pada masa pemerintahan presiden soekarno, walaupun sebenarnya ide untuk menyatukan dua wilayah ini sudah ada sejak zaman Gemeente palembang, tahun 1906. saat itu wali kota palembang di jabat oleh le cocq de vile. dan pada masa kemerdekaan Republik indonesia dari penjajah ide ini menjuat kembali pada era Presiden Soekarno yang di dalangi oleh DPRD kota palembang yang ketika itu bisa di katakan mustahil karena dana yang digunakan untuk pembangunan awal hanya sebesar Rp.30.000 pada tahun 1957.

Dan menurut warga setempat jembatan inipun akhirnya di bangun atas permintaan Presiden Soekarno kepada Pemerintahan Negara jepang yang dikala itu telah banyak membunuh dan menyiksa masyarakat palembang kemudia dengan dalih itu Presiden Soekarno mendesak pemerintah jepang untuk mengerjakan proyek Jembatan Ampera ini. dan dana yang digunakan dan pekerja berasal adri jepang sendiri. dan perlu sobat ketahui nama Jembatan Ampera dulunya dalah Jembatan Soekarno kemudian diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) dan pada saat itu jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia Tenggara. dan saat terjadi pergolakan politik anti soekarno sangat kuat maka nama jembatan Bung Karno pun diubah menjadi seperti yang kita kenal sekarang dengan jembatan Ampera, kemudian pada awal tahun 2002 ada usulan untuk mengganti kembali nama jembatan itu dengan nama Jembatan Bung Karno. Keistimewan jembatan inipun bisa kita lihat dari konstruksi bangunananya yang bagus pada zamanya, jika kita melihat pada jembata itu maka akan terlihat dua buah tiang yang menjulang tinggi ke langit, dua tiang itu berpungsi untuk mengangkat jembatan bagian tengah dari jembatan ampera itu dengan tujuan kapal kapal pesiar dari berbagai negara bisa berlayar menyusuri sungai musi, namun saat ini bagian tengah dari jembatan ampera sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 1970, dikarenakan aktivitas warga yang sudah sedemikian padat, sehingga apabila di fungsikan kembali akan menghambat jalur lalu lintas antar dua daerah yaitu seberang ulu dan ilir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline