Lihat ke Halaman Asli

AndaikataAda Daftar Politisi dan Partai Diskriminatif Agama

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya sudah lama mengamati sepakterjang berbagai politisi yang diskriminatif SARA dan partai yang menjadi pendukungnya. Tapi, di sisi lain, saya juga mengamati bahwa partai-partai yang berpolitik diskriminatif SARA masih juga mendapatkan dukungan massa.


Pengamatan ini memunculkan pertanyaan dalam benak saya: Kenapa?


Pertanyaan "kenapa" menimbulkan sejumlah spekulasi jawaban. Jawaban yang pertama muncul adalah: masyarakat Indonesia memang masyarakat yang diskriminatif, sehingga wajar jika memilih partai dan politikus yang diskriminatif pula.


Namun alternatif jawaban pertama ini menimbulkan keragauan saat melihat kecaman publik terhadap politikus dan partai yang diskriminatif saat kampanye diskriminatif SARA terhadap Joko Widodo dan Ahok, bahkan masyarakat Jakarta mendukung pasangan ini dan tidak turut dalam aksi diskriminasi SARA yang dikampanyekan partai-partai pendukung Fauzi Bowo. Lebih lanjut, keraguan ini melahirkan pertanyaan: mungkinkah politikus diskirminatif dan partai diskriminatif terpilih karena publik LUPA bahwa mereka itu diskriminatif?


Alternatif jawaban yang kedua kembali menyeruak dalam pikiran saya saat kelompok Islam pro-diskriminasi SARA mendapatkan dukungan dari politisi Gamawan Fauzi yang didukung oleh Partai Demokrat yang saat ini berkuasa. Selanjutnya, alternatif itu membangkitkan pertanyaan lain: kenapa kita tidak membikin suatu daftar yang berisi daftar politisi dan daftar partai yang terbukti pernah melakukan dan mendukung diskriminasi SARA termasuk diskriminasi agama?


Bila daftar ini kita mulai hari ini, maka entri pertama adalah Gamawan Fawzi yang didukung oleh Partai Demokrat dalam kasus diskriminasi agama di Lenteng Agung.


Kalau data ini kita buat tabel yang bisa diakses publik dan ke depan terus di-update, maka jadi begini:

No

Nama Politisi

Kader Partai

Kasus

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline