Lihat ke Halaman Asli

kurniaannisahlutfi

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya

Konflik Rusia-Ukraina: Dinamika Geopolitik dan Tantangan Kawasan

Diperbarui: 5 Desember 2024   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Arsip Perang Tentara Ukraina pada 27 Oktober 2025 (Sumber: Kementerian Pertahanan Ukraina via Wikimedia Commons) 

Berawal dari tahun 2014, konflik Rusia Ukraina menjadi pembahasan seluruh dunia. Sejarah panjang mengawali konflik Rusia dan Ukraina, khususnya pada peristiwa penting, pada contohnya revolusi Ukraina tahun 2014 dimana tuntutan akan penggulingan presiden pro-Rusia dan aneksasi Krimea oleh Rusia. Tidak hanya perselisihan historis dan kedaulatan namun juga merepresentasikan rivalitas geopolitik antara Rusia dan Barat signifikansi NATO dan Uni Eropa. Penulis akan menjelaskan bagaimana dinamika geopolitik dalam ruang lingkup konflik tersebut, dalam hal ini membahas akar konflik terjadi, kepentingan yang dibawa, dan dampak konflik terhadap kawasan dalam kacamata perekonomian. Dengan memahami dinamika ini, diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai tantangan dan peluang untuk penyelesaian konflik serta upaya mitigasi dampaknya pada kawasan dan dunia.

Akar permulaan Perang Rusia -- Ukraina

Berawal dari tahun 2013, terjadi protes ketidaksetujuan pada ibu kota Kyiv, Ukraina. Pada November 2013, Presiden Viktor Yanukovych dari Ukraina menolak untuk kesepakatan dan ekonomi dengan Uni Eropa. Namun sejak 2014, Wilayah Krimea di ambil alih Pasukan militer Rusia, dimana Krimea juga berpihak terhadap Federasi Rusia pada Referendum. Krisis ini membuat perpecahan etnis. Terjadi gerakan separatisme yang mendukung Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk, Ukraina Timur, melalui keinginan melakukan deklarasi kemerdekaan Ukraina. Hingga pada tahun 2015, terjadi krisis di Ukraina yang kian meningkat, hingga AS dan Uni Eropa berkonflik dengan Rusia. Permasalahan semakin kompleks ketika adanya peristiwa pesawat penerbangan Malaysia Airlines yang ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina, berdampak pada tewasnya 298 penumpang. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya penyidik dari Belanda yang menyimpulkan kejadian tersebut berasal dari rudal darat ke udara buatan Rusia  (Wasis Susetio, 2022).

Konflik ini telah menghadirkan diplomasi dan negosiasi terkait solusi, dimana pada tahun 2015 para penyidik menjelaskan sistem rudal memang benar adanya di sediakan oleh Rusia bulan September 2016. Hal ini menyalahkan kesepakatan, sebelum tahun tersebut terjadi diplomasi antara Negara Perancis, Jerman, Rusia dan Ukraina untuk tidak mempergunakan kembali gencatan senjata dan melakukan penarikan senjata, serta kontrol penuh pemerintah Ukraina untuk mengurus wilayah konflik, tepatnya di bulan Februari 2015. Namun hasil diplomasi tak kian baik. Kesepakatan di langgar, membuat amarah tiap negara makin memuncak. Presiden Rusia Vladimir Putin saat itu mengungkap alasan hadirnya perang di Ukraina karena adanya permintaan bantuan dari para pemimpin kelompok saparatis di Ukraina Timur. Dan tak hanya itu, aspek sejarah, politik, dan ekonomi juga menjadi penyumbang perang ini terus berkelanjutan (Wasis Susetio, 2022).

Sejak konflik di tahun 2014, Ukraina tidak hanya mengalami serangan fisik namun juga maraknya serangan Cyber tepatnya pada tahun 2016, dimana warga dari Kyiv mengalami pemadaman listrik besar besaran, dan tahun 2017 terjadi serangan Cyber komputer pemerintah dan bisnis di Ukraina. Pada tahun 2016, NATO mempublikasikan bahwa adanya aliansi yang mengerahkan 4 batalyon ke Eropa Timur seperti Estonia, Latvia Lithuania, dan Polandia, dimana pasukan ini hadir untuk menghindari adanya agresi Rusia di wilayah Eropa Timur (NATO's military presence in the east of the Alliance, 2024). Hingga di tahun 2018, Ukraina sepakat untuk bergabung bersama NATO dalam latihan udara skala besar bulan Oktober 2018. Pelatihan tersebut dilakukan di wilayah Ukraina Barat. Latihan tersebut dilakukan 1 bulan setelah Rusia mengadakan latihan militer tahunan yang kembali menghadirkan ketegangan yang berkelanjutan  (Wasis Susetio, 2022).

Dinamika Geopolitik dan Warisan Sejarah 

Perhitungan strategis Rusia, sebagian hadir untuk menjaga dominasi dan pengaruh regionalnya khususnya di Eropa Timur. Hubungan historis antara Rusia dan Ukraina, khususnya Krimea disoroti sebagai kunci rumitnya konflik, geopolitik yang kian kompleks menjadi inti akan konflik Rusia dan Ukraina (Adil Ahmad, 2024 dalam Yurhenko, 2024). Terjadi Aneksasi Krimea oleh Rusia di tahun 2014, menjadi peritiwa geopolitik signifikan. Pada Februari hingga Maret 2014, serangan tersruktur terjadi dengan tindakan militer dan politik di Krimea, hadirnya pasukan hijau tanpa penanda (diketahui sebagai militan Rusia) menduduki gendung Majelis Tinggi Krimea. Menempatkan Sergey Aksyonov menjadi Perdana Menteri Krimea melalui rapat parlemen yang dianggap cacat hukum oleh Ukraina. Serta Referendum yang terjadi pada 16 Maret 2014, dengan klaim 97% pemilih bergabung pada Rusia (Goncharenko, 2015). Tindakan ini bersifat kontroversi, di dengar dalam arena internasioanal, dianggap sebagai bentuk penentangan norma secara besar, dan mengkhawatirkan negara tetangga.

Warisan Sejarah hadir mempengaruhi secara strategis dan signifikan terhadap pembentukan perilaku Rusia dalam konflik. Era Soviet meninggalkan jejak yang dalam di wilayah tersebut, dengan ikatan etnis, bahasa, dan budaya yang kompleks antara Rusia dan Ukraina. Keluhan historis dan memori Holodomor, kelaparan yang menghancurkan di Ukraina, terus memengaruhi persepsi dan sikap. Ketegangan terjadi karena kontribusi warisan ini, dimana membentuk narasi domestik dan internasional. Namun faktor lainnya ialah internal problem, yang kemudian menjadi pertimbangan negara dalam mengambil langkah penting terkait konflik. Opini publik tak sadar dibentuk oleh  teknologi dan media komunikasi umumnya dikendalikan oleh negara dengan sentimen nasionalis, merupakan variabel kunci yang memengaruhi pilihan dan tindakan pemerintah Rusia.

Dalam langkah kebijakan yang lebih baik, pemerintah perlu menghadirkan harapan domestik yang dipertimbangkan dalam melindungi etnis Rusia di luar negeri dengan kekhawatiran tentang potensi konsekuensi ekonomi dan politik dari konflik yang meningkat. Rusia, perlu mempertimbangkan melihat kompleksitas yang terjadi dalam langkah kebijakan yang mampu dalam mempertahankan dukungan publik dengan menghindari overbudget, kerentanan dapat mudah terjadi di Rusia karena dominasi energi Rusia di Eropa rentan akan tindakan balasan secara besar dan merugikan (Adil Ahmad, 2024 dalam Sakela, 2022). Peran akan sumber daya energi menjadi alat geopolitik dan pengungkit ekonomi menjadi urgensi dari konflik. Dimana hadirnya ekspor energi Rusia ke Eropa yang tidak hanya menambah nilai ekonomi namun juga pengaruh akan politik. Usaha Eropa dalam diversifikasi sumber energi dan pengurangan ketergantungan pada gas Rusia berpengaruh pada perhitungan strategis Rusia dalam konflik. Berbeda dengan reaksi dari masyarakat internasioanal, sebagai bagian dari sanksi dan upaya diplomatik yang berperan dalam membentuk startegi Rusia. , yang memberikan tekanan ekonomi. Upaya diplomatik, termasuk perjanjian Minsk, telah berupaya untuk menemukan resolusi damai (Adil Ahmad, 2024 dalam Aljazeera, 2022).

Dampak Perekonomian 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline