Lihat ke Halaman Asli

Kurnia Widyasari

Universitas Pendidikan Ganesha

Transformasi Energi Masa Depan dengan Pemanfaatan Energi Matahari di Wilayah Terpencil (SLR: Systematic Literature Review)

Diperbarui: 23 November 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan:

Energi matahari sebagai salah satu bentuk energi terbarukan memiliki potensi besar dalam mendukung transisi menuju keberlanjutan, khususnya di wilayah terpencil yang memiliki keterbatasan akses terhadap energi konvensional. Penggunaan energi matahari dapat menjadi solusi atas ketergantungan terhadap energi fosil yang tidak ramah lingkungan dan semakin terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau potensi, tantangan, serta solusi implementasi teknologi tenaga surya di wilayah terpencil berdasarkan kajian sistematis terhadap berbagai penelitian yang relevan.

Metode:

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan Systematic Literature Review (SLR) dengan mengidentifikasi literatur dari lima jurnal utama yang relevan. Pencarian literatur dilakukan menggunakan database ilmiah, seperti Google Scholar, dengan kriteria inklusi yang meliputi studi terkait energi matahari di wilayah terpencil, artikel yang diterbitkan dalam dua dekade terakhir (2000--2023), serta analisis yang mencakup aspek teknis maupun ekonomis. Data yang diekstraksi dari literatur mencakup tujuan penelitian, metode, temuan utama, kontribusi, kelemahan, serta rekomendasi. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi pola, kesenjangan, serta peluang untuk pengembangan lebih lanjut.

Hasil dan Pembahasan

Tinjauan literatur menunjukkan bahwa energi matahari memiliki potensi besar sebagai solusi energi berkelanjutan di wilayah terpencil, yang sering kali tidak terjangkau oleh jaringan listrik nasional. Teknologi Solar Home System (SHS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala kecil hingga menengah menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga dan komunitas di wilayah tersebut. Berdasarkan data dari beberapa penelitian, wilayah dengan tingkat radiasi matahari rata-rata 3--5 kWh/m/hari dapat menghasilkan listrik yang cukup untuk mendukung aktivitas domestik dan produktif masyarakat, seperti penggunaan peralatan rumah tangga, pompa air, serta penerangan jalan.

Analisis Teknis
Studi-studi menunjukkan bahwa implementasi energi matahari di wilayah terpencil menghadapi tantangan teknis, seperti degradasi panel surya akibat paparan lingkungan ekstrem, kebutuhan akan desain sistem yang tangguh terhadap kondisi geografis, serta efisiensi energi selama musim penghujan. Selain itu, teknologi penyimpanan energi, seperti baterai lithium-ion dan lead-acid, menjadi kunci dalam memastikan ketersediaan listrik selama 24 jam, terutama pada malam hari. Penelitian terbaru merekomendasikan penggunaan teknologi smart inverter yang dapat mengintegrasikan sistem dengan jaringan mikro lokal (microgrid), sehingga meningkatkan fleksibilitas dan efisiensi penggunaan energi di komunitas.

Analisis Ekonomis
Dari sisi ekonomis, meskipun investasi awal untuk instalasi PLTS relatif tinggi, potensi penghematan jangka panjang signifikan. Salah satu proyek di Indonesia dengan kapasitas 52 kWp mencatatkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp 517 juta dan Profitability Index (PI) sebesar 1,33. Hal ini menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak hanya layak, tetapi juga mampu memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal. Namun, biaya instalasi dan perawatan sistem tetap menjadi kendala utama, terutama bagi komunitas dengan keterbatasan dana. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan pembiayaan inovatif, seperti model kemitraan publik-swasta (PPP), subsidi pemerintah, atau skema pay-as-you-go yang memungkinkan masyarakat membayar secara bertahap sesuai pemakaian.

Analisis Sosial
Selain manfaat teknis dan ekonomis, adopsi teknologi tenaga surya di wilayah terpencil juga memberikan dampak sosial yang positif. Ketersediaan listrik yang stabil dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, misalnya dengan memungkinkan anak-anak belajar di malam hari, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan membuka peluang usaha berbasis energi. Namun, penelitian juga menunjukkan pentingnya pelibatan masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan implementasi proyek. Kurangnya pelatihan teknis dan pemeliharaan sering kali menyebabkan sistem menjadi tidak berfungsi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, program pelatihan yang melibatkan masyarakat lokal sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan sistem.

Isu Lingkungan dan Keberlanjutan
Dari perspektif lingkungan, tenaga surya memberikan solusi rendah karbon yang berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, teknologi ini dapat membantu menurunkan emisi karbon dioksida di wilayah terpencil. Namun, tantangan terkait keberlanjutan sistem juga perlu diperhatikan, seperti pengelolaan limbah dari komponen panel surya yang sudah tidak terpakai dan baterai bekas. Penelitian menyarankan penerapan kebijakan daur ulang untuk mengurangi dampak lingkungan negatif.

Rekomendasi Strategis
Untuk meningkatkan adopsi teknologi tenaga surya di wilayah terpencil, perlu adanya pendekatan terpadu yang mencakup:

  1. Pengembangan teknologi penyimpanan energi yang lebih tahan lama dan efisien.
  2. Penyediaan skema insentif oleh pemerintah untuk meringankan biaya investasi awal.
  3. Penguatan kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal.
  4. Pengembangan kebijakan pengelolaan limbah panel surya dan baterai.
  5. Peningkatan program pelatihan teknis untuk masyarakat lokal agar sistem dapat dirawat secara mandiri.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline