Lihat ke Halaman Asli

Kurnia Nur Permatasari

Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta

Ketika Siswa Kesulitan Membaca, Terapi Bermaian Solusinya

Diperbarui: 15 Januari 2024   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kurnia Nur Permatasari

Pengetahuan bagaikan nasi yang wajib kita konsumsi setiap hari. Artinya setiap orang harus memperoleh pengetahuan untuk bertahan hidup,baik pengetahuan akademis maupaun non akademis. 

Pengetahuan ini nantinya akan digunakan sebagai bekal menjalani kehidupan bermasayarakat dan menghadapi tantangan dunia. Jika seseorang tidak memiliki sebuah pengetahuan, maka akan mudah tertipu dan dimanfaatkan orang lain. 

Terdapat banyak cara untuk memperoleh sebuah pengetahuan, salah satunya dengan menempuh pendidikan. Pemerintahan Indonesia telah menjamin semua anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikannya. 

Berdasarkan penerbitan RUU Sisdiknas yang berisi penegasan tentang kewajiba belajar selama 13 tahun. Anak – anak di Indonesia dituntut untuk menempuh jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Kendati Peserta didik telah menerima pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa terdapat beberapa peserta didik mengalami kesulitan menyerap materi atau kesulitan mengikuti arus pembelajaran. Fenomena ini dapat disebut kesulitan belajar. 

Utami, (2020) mengatakan kesulitan belajar adalah kondisi peserta didik mengalami hambatan atau kesulitan mengikuti berbagai tuntutan selama proses pembealajaran. Terdapat banyak bentuk kesulitan belajar. Berdasarkan observasi di sekolah dasar, mayoritas peserta didik mengalami kesulitan membaca,berhitung dan slowlearning.

Kesulitan membaca atau dapat disebut sebagai disleksia kadang dianggap salah satu kesulitan belajar yang mudah untuk ditangani. Namun kesulitan tersebut dapat menjadi petaka yang besar jika tidak segera ditangani. 

Membaca adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Membaca adalah salah satu cara memperoleh pengetahuan. Tampa kemampuan membaca, akan sulit untuk mengatasi tantangan dunia, bahkan dapat menjadi korban sasaran buliying. 

Teman – teman yang unggul sering menghina siswa tersebut, sering mengganggap kalau dia menghambat dan menganggu proses belajar sehingga berujung pada kemarahan dan memberikan hinaan. Kebayakan bentuk buliying yang diterima siswa disleksia adalahh buliying verbal seperti,

“Sudah kelas enam kok tidak bisa membaca,” ucap salah satu siswa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline