aku mulai berlayar tepat di pinggiran hatimu,
rasakan remukan rusukmu yang mulai tertindih karena rindu, ceritamu
lalu... aku merangkakkan mataku
ada lobang, yang katamu ingin kau isi wajahku
atas nama perasingan rindu.
rasa yang kau asingkan lewat singgahan matahari pada bumi yang sama
hingga akhirnya pekat.
dan kau tak pernah berhasil menemuiku setelah dibatas siang pada sore.
alasanmu, kau terlalu tak mampu ...
lalu...
akan kuartikan apa siang dan Matahari?