Pertandingan penutup pekan ke-20 Liga Primer Inggris, Liverpool berhasil mengalahkan Tottenham, Jumat (29/1) dini hari WIB, dengan skor 3-1. Masing-masing gol kemenangan dicetak oleh Roberto Firminho, Trent Alexander Arnold dan ditutup Sadio Mane. Adapun satu-satunya gol dari tuan rumah berasal dari Emile Hojbjerg. Sayangnya gol tersebut tidak berhasil menginspirasi pasukan Jose Mourinho untuk menyamakan kedudukan atau membalikkan keadaan.
Sepanjang laga, Liverpool tentu lebih menguasai jalannya pertandingan. Dengan penguasaan bola 51:49, dan lebih banyak mengkreasikan peluang, 7 dari 14 percobaan mengarah sempurna ke arah gawang yang dikawal Hugo Lloris. Sebaliknya Tottenham hanya meraih 2 tendangan ke arah gawang.
Laga ini semakin menarik oleh dua gol yang dianulir VAR. Pertama, gol Son pada menit ke-3 yang seharusnya bisa menjadi modal yang baik untuk mengawali laga, namun dibatalkan setelah Son dianggap dalam posisi offside.
Demikian pula di kubu Liverpool, pada babak kedua, skema serang balik mematikan, diawali oleh pergerakan Firminho memberi bola ke Thiago, kemudian bola sampai ke kaki Mane, yang kemudian memberikan assist ke Salah. Ini bisa saja menjadi gol ke-14 Salah musim ini semakin mengokohkan posisinya sebagai top skor, sayangnya wasit membatalkan gol tersebut, setelah mengecek tayangan VAR, diketahuilah Firminho lebih dulu handball saat mengontrol bola di tengah lapangan.
Liverpool layak menang, memang tampil solid. Trio lini depan menjawab dengan baik segala kritikan yang ada, majal di beberapa laga sebelumnya, bahwa mereka belum habis, mereka masih punya segudang amunisi untuk menggetarkan pertahanan lawan.
Performa yang ditunjukkan Liverpool di laga ini adalah anomali dari penampilan buruk di beberapa laga sebelumnya. Sebenarnya alarm kebangkitan lini serang Liverpool sudah menggema ketika akhir pekan lalu babak ke-4 FA Cup, menghadapi Manchester United di Old Trafford, di mana Salah berhasil mencatatkan brace.
Tambahan 3 gol ini semakin mengokohkan Liverpool sebagai tim tersubur di Liga Primer Inggris, setidaknya sampai pekan ke-20. Yang telah berhasil menjebol gawang lawan sebanyak 40 kali, sebagian besar dicatatkan oleh trio Firminho-Mane-Salah (baca: firmansah).
Selain itu, satu kunci lain sehingga Liverpool berhasil membungkam tuan rumah adalah solidnya pemain tengah yang dimiliki Liverpool. Kejeniusan Jurgen Klopp terlihat di laga ini. Punya solusi dari masalah lini tengah di laga-laga pelik sebelumnya. Perbedaan itu ketika menurunkan kombinasi Wijnaldum-Thiago-Milner sebagai starter.
Thiago yang biasanya cenderung bermain ke bawah: lebih banyak membantu pertahanan, pada laga ini seperti diinstruksikan untuk berani bermain ke depan. Di sisi lain Wijnaldum bersama Milner diprioritaskan untuk mematahkan aliran bola Tottenham sebelum menyentuh barisan pertahanan. Peran-peran itu sukses dijalankan. Wijnaldum tampak tangguh, kembali ke performa terbaiknya.
Jika Tottenham punya gelandang tipikal pekerja keras ada di diri Emile Hojbjberg, maka di skuad Liverpool Milner-lah orangnya. Milner memang sudah tidak muda lagi, namun usia 35 tahun tak membuatnya kehilangan profesionalisme dan kebijaksanaannya yang terlihat jelas di laga ini. Milner masih mampu berbicara banyak di atas lapangan. Saya melihat di laga ini Milner seperti gladiator yang kuat, tidak hanya mampu menjadi penjegal lawan, tapi juga pelayan yang baik untuk lini depan.
Telepas kegagalan Liverpool meraih cleansheet, bukan berarti kita mengabaikan peran para pemain di barisan pertahanan. Nyaris tak ada celah, Tottenham nyata dalam kesulitan. Robertson tetap menjadi pemain yang sering menyentuh bola dan aktif membantu serangan.