Bagi masyarakat Indonesia, hal pertama yang akan terpikir ketika memasuki tahun 2014 adalah mengenai pemilihan umum. Meskipun tahun ini kita juga akan memilih para anggota legislatif, namun tak dapat dipungkiri yang menjadi pusat perhatian tentunya adalah pemilihan presiden. Melalui pemilihan inilah rakyat akan menentukan siapa pemimpin bangsa ini untuk 5 tahun kedepan. Demikian pentingnya momen ini hingga jauh-jauh hari sebelum pemilihan dilangsungkan, banyak pihak sudah memprediksi atau nyata-nyata menyatakan dukungan kepada calon tertentu. Secara khusus, pemilihan kali ini menjadi menarik karena satu tokoh. Siapa lagi kalau bukan Joko Widodo. Sejak terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia menyegarkan dunia politik di Indonesia. Kalau sebelumnya masyarakat merasa jenuh dengan politik karena tidak kunjung memberikan perubahan yang berarti, Jokowi memberikan harapan baru bagi masyarakat. Harapan bahwa Indonesia bisa bangkit lagi. Namun sebelum itu semua, kepemimpinannya di DKI Jakarta menjadi ujian. Paling tidak, saat ini 9 juta warga DKI menumpukan harapan di pundak duet Jokowi-Ahok. Pertanyaannya adalah, mampukah Jokowi-Ahok menjawab harapan itu semua? Jawaban singkatnya: Tidak. Atau lebih tepatnya: TIDAK BISA SENDIRI. Sekurang-kurangnya mereka butuh suara untuk bisa terpilih menjadi pemimpin. Tetapi tentu bukan hanya itu saja, karena bila demikian untuk menjadi pimpinan di DKI Jakarta mereka sudah mendapatkannya. Tetapi tentu setelah mereka menjabat pun mereka perlu dukungan dari rakyat untuk bisa menjalankan amanahnya. Maka muncullah mereka yang mendukung dan ingin "menjegal" Jokowi. Ditambah lagi dengan semakin mendekatnya pemilihan presiden, terlihat bahwa "perseteruan" kedua kubu ini semakin mengerucut. Para lawan politik mencari-cari alasan untuk menjatuhkan Jokowi. Kalangan pengguna internet pun tak kalah serunya, setiap artikel Kompas tentang Jokowi-Ahok pasti dihujani puluhan komentar, ada yang mendukung maupun menghujat. Tetapi kalau kita telaah lagi, siapakah yang sungguh mendukung Jokowi? Apakah mereka yang memberi komentar mendukung, baik di dunia maya ataupun di ranah publik? Seorang pendukung adalah mereka yang membantu Jokowi dalam mencapai misinya. Dan kalau kita percaya pada ketulusan Jokowi, misinya bukan hanya sekedar jabatan, tetapi untuk menjadikan Jakarta dan Indonesia lebih baik lagi. Maka kalau ada orang yang dengan berapi-api membela Jokowi atas berkurangnya titik banjir, tetapi ketika selesai makan dalam perjalanan kemudian dengan tanpa rasa bersalah membuang bungkusnya ke jalan, dapatkah ia dibilang pendukung Jokowi? Buat apa anda berharap Jokowi dapat mengatasi kemacetan, kalau anda mengendarai motor berlawanan arus dan menghambat lalu lintas? Atau mengidamkan transportasi publik yang diandalkan, tetapi menerobos palang perlintasan KA dan mengganggu KRL? Menurut saya, mereka yang tidak tertib inilah yang pantas kita sebut penentang Jokowi, karena mereka yang sungguh menghambat kerja Jokowi dalam memperbaiki Jakarta, biarpun mereka dengan bangga mengenakan baju kotak-kotak. Kalau ditanya, saya rasa Jokowi akan lebih memilih mereka yang mendukung calon lain tetapi membuang sampah pada tempatnya, membangun sesuai RTRW, dan tidak menerobos plang kereta ataupun lampu merah. Bukan hanya Jokowi-Ahok, siapapun tidak akan bisa melakukan tugas ini sendiri. Jakarta, dan Indonesia, hanya bisa berubah apabila ada kemauan dari segenap rakyat. Kemauan untuk berkorban demi tujuan yang lebih besar. Memang gampang menghujat PKL Tanah Abang atau penghuni bantaran waduk Pluit, tetapi susah kalau daerah aman kita sendiri yang diganggu. Kalau kita biasanya mengendarai motor melawan arus, kini harus berputar arah. Kalau kita harus menyimpan bungkus makanan sampai menemukan tempat sampah. Gambar diambil dari : http://static6.com/201401/motor-jlnt-140128c.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H