Pesan Damai dari Balai RW 1 Desa Kebonagung
Ibu Pendeta Tri Kridhaningsih, S.Si (Gereja Kristen Jawi Wetan Kebonagung) menjadi pelayan firman. Perayaan Natal bersama Ikatan Keluarga Kristiani (IK3) RW 1 Magersari Utara Desa Kebonagung, mengambil tema Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintahkan Dalam Hatimu(Kolose 3: 15a).Senin, 8/1/2018. Dokumentasi foto: Bapak M.E. Kakok Kurniantono.
"Kami menilai kehidupan beragama di Kecamatan Pakisaji sangat harmonis. Tak ada yang menyinggung agama lain. Umat Islam merayakan Hari Raya, umat Kristen merayakan Natal, umat Hindu demikian juga menjalankan ibadahnya", demikianBapak Hari Krispriyanto, Camat Pakisaji (2015, kini bertugas sebagai Camat Pagak) dalam Dialog Lintas Agama di Pendopo Desa Kebonagung (Sabtu, 14/11/2015).
Dialog Lintas Agama diadakan oleh Pemerintah Desa Kebonagung bekerja sama dengan GKI Kebonagung, Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Malang dan Badan Pekerja Majelis Klasis GKI Klasis Madiun. Sekitar 100 orang hadir dalam forum tersebut.(baca selanjutnya)
21272863-10159103520795012-5968425338076870032-o-5a58ef8c5e1373336a5ce192.jpg
Mural di Gang L Desa Kebonagung. Dokumentasi Abdul MalikDua tahun berselang, pesan damai kembali berpendar dari Balai RW 1 Desa Kebonagung. Ikatan Keluarga Kristiani (IK3) RW 1 Magersari Utara Desa Kebonagung menghelat Perayaan Natal Bersama.(Senin, 8/1/2018).Ibu Pendeta Tri Kridhaningsih, S.Si (Greja Kristen Jawi Wetan Kebonagung) menjadi pelayan firman.
Perayaan Natal bersama mengambil tema Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintahkan Dalam Hatimu(Kolose 3: 15a). Merujuk pada Kolose 3:15 (TB) Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh dan bersyukurlah. Ibu Pendeta Tri Kridaningsih berpesan agar kita, "Meneladani apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus yang hadir di dunia sehingga manusia memperoleh hidup damai.Damai yang telah kita terima bukanlah untuk diri sendiri, tetapi juga untuk dunia di sekitar kita."
Beberapa menit setelah Ibu Pendeta Tri Kridhaningsih memulai firman, listrik di Balai RW 01 dan Perumahan Magersari Utara padam.Sekitar 100 orang yang hadir pun bergantian, sambung menyambung menyalakan lilin yang memang disediakan panitia.Suasana benar-benar syahdu. Puji Tuhan beberapa menit kemudian listrik menyala.
26232892-10159698987980012-9181279004891215588-o-5a5748bb5e13731c2073e822.jpg
Dalam menyampaikan firman, Ibu Pendeta Tri Kridhaningsih, alumnus Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga angkatan tahun 2001, lebih kerap interaktif dengan peserta yang hadir."Bapak Ibu, adik-adik yang hadir malam ini di Balai RW 1, selama delapan hari dari tahun baru, apakah yang patut disyukuri?". Beberapa Bapak dan Ibu pun menyampaikan kesan-kesannya dengan antusias, meskipun listrik padam.Tak cukup disitu, Ibu Pendeta Tri Kridhaningsih, kelahiran Lumajang, 17 Oktober 1980, membagi potongan kertas ukuran kecil berwarna kuning kepada peserta."Mohon ditulis bagaimana resep damai menurut Bapak, Ibu, adik-adik". Sontak semua peserta menulis resep damai. Sebagian menunggu giliran bolpoin sambil merenung. Setelah rampung, kertas dipindahtangankan ke peserta disampingnya. Saling bersambung.
26677924-10159699341645012-9108174993318527071-o-5a5748735e137323e15d0f03.jpg
Beberapa peserta mendapat kesempatan membacakan resep damai yang diterimanya, entah siapa yang menulis karena memang tiap kertas tak ada nama penulis resep damai. Sebagai penutup, Ibu Pendeta Tri Kridhaningsih menuturkan resep damai. "Masing-masing orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam Mewujudkan damai itu. Damai adalah untuk semua orang, damai adalah untuk dunia ini.Dan ingatlah untuk terus bersyukur karena itu juga menjadi kunci untuk hidup damai."