Belakangan ini dunia sedang panik ditimpa dengan lahir dan meluasnya wabah sebuah virus yang bernama coronavirus (COVID-19). Dalam laporan resmi, coronavirus ini sudah berjumlah 83.265 kasus dengan 2.256 orang meninggal duni di lebih dari 65 negara didunia, bahkan laporan terkini menyebutkan wabah coronavirus ini mengakibatkan 50 orang meninggal dunia perharinya, sejak awal tahun 2020.
Data ini memang cukup membuktikan bahwa wabah coronavirus ini telah menjadi momok bak genosida yang cukup membuat kepanikan diseantero dunia. Di indonesia sendiri terkini Negara telah mengumumkan 2 orang WNI yang terjangkit coronavirus di Depok, Indonesia.
Tak pelak, selepas Negara melalui Menteri Kesehatan telah membuat pernyataan resmi perihal itu, jagad raya ramai memperbincangkannya. Indonesia mendadak heboh, terkejut. Sebab sebelumnya publik Indonesia telah banyak yang berasumsi bahwa negara kita tidak akan terkena jangkitan virus mematikan itu, kini telah terpatahkan. Terlebih asumsi tersebut banyak dilontarkan dengan alasan yang mengandung unsur candaan-candaan yang cukup menggelitik tawa.
Lantas masuknya virus ini ke Indonesia telah membuat heboh jagat raya, khususnya jagat dunia maya. Penulis sendiri mencatat ada 2.400 tweet tentang masuknya corona di Indonesia dengan #coronavirusindonesia per hari ini.
Angka itu hanya di twitter, di akun Whattsapp penulis sendiri sudah semakin ramai tulisan-tulisan seputar corona yang dishare oleh berbagai pihak, dari tulisan-tulisan tersebut ada yang seputar "mengenal corona", "infografis corona", "langkah antisipasi corona" dan lain-lain. Tapi yang menarik perhatian penulis adalah banyaknya tulisan tentang obat ataupun ramuan yang diyakini mampu mengobati dan mencegah virus corona.
Tulisan tersebut sering hadir mencatat nama-nama orang hebat, ada tertulis Prof Nidam, ahli, pakar dan lainnya. Hal ini bisa jadi merupakan berita hoax, yang menjadi ladang empuk para buzzer untuk menyebarkan ketakutan seoring dengan kepanikan yang timbul oleh wabah corona.
Berita-berita seperti itu yang biasanya mencatut nama-nama beken, ahli, pakar bisa merupakan tulisan yang tidak sapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akibatnya virus hoax telah menyeimbangi virus corona, bahkan menyalipnya.
Lantas, dengan banyaknya arus informasi yang sangat sulit difilter menjadi bumerang tersendiri bagi masyarakat dalam menyikapi wabah ini. Masyarakat dunia menjadi cenderung takut, atau mengalami ketakutan daripada sekadar meningkatkan kewaspadaan.
Tak pelak ketakutan itu sudah berhasil membuat 2 orang warga solo bunuh diri. Ketakutan lainnya lebih parah lagi, corona yang bagai hantu membuat "rasa takut" yang cenderung stereotip terhadap suatu kelompok, terutama orang china.
Warga negara china atau orang yang baru berkunjung dari negara tirai bambu tersebut dituding telah membawa corona, tak pelak corona juga berhasil meningkatkan rasisme.
Diskriminasi pun hadir bukan oleh karena kewaspadaan semata, melainkan ketakutan.