Lihat ke Halaman Asli

Seri Visi Merah Putih: Bagaimana Cara Meloloskan Diri dari Kepungan Kapitalisme (Free Fight Liberalism)

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ciri kapitalisme adalah kepemilikan private, alih-alih tuk berinvestasi. Faktor-faktor yang harus dimilikinya adalah :1. Tanah2. Buruh3. Modal4. Entreurpreneusrship.alih-alih tuk memperefisien biaya produksi suatu komoditi, maka pemilik kapital perlu memiliki tanah daripada menyewa yg jangka pendek sewa itu murah tapi secara 'long term' sangat mahal.

Alih-alih agar negri ini 'seksi' dimata investor, maka 'sink cost' ditekan terus melalui kemudahan-kemudahan berinvestasi, pajak dikurangi seolah mereka adalah "infant industries". Dan bahkan DIPERKENANKAN MEMILIKI TANAH. Dengan harapan semua itu mendongkrak daya saing. Secara konsep dan pakem ekonomi, tidak ada satu pun alasan tuk menyalahkan hal tersebut. Dari pada investor menjatuhkan pilihan (misalnya) Vietnam tuk tempat investasi!

Ini konsekuensi kita "in arena" dengan konsep kapitalisme. Meminjam K Ohmae, yg mengibaratkan negara-negara kapitalis g7 adalah laksana berada pada ujung runcing Angsa terbang -yang formasinya memang selalu seperti anak panah- sedangkan negara-negara Selatan(negara2 berkembang) berada di deretan barisan paling belakang.

Sehingga negara-negara berkembang akan selalu berada dalam posisi ketergantungan(periferal) terhadap negara-negara yg dianggap maju. Karena dipastikan kalah dalam hal efisiensi dan teknologi.

Ini karena kapitalisme berbanding lurus dengan penggeloraan "wants", maka agar tidak menjadi pengekor selalu, perekonomian Kuba yang 'self sufficient" dan tegas terhadap kebaocoran ekonomi(tegas terhadap korups) adalah salah satu cara tuk 'meloloskan diri' dari "Flying geese" kapitalisme. Atau ektremnya melakukan revolusi damai ala Mahatma Gandhi dengan ahimsa dan swadeshinya.

Namun Indonesia yg majemuk budaya dan populasi tambun ini sangat rawan disusupi "srigala-srigala" dan kompradores Nekolim. Ini akan membuat yg berahimsa dan berswadeshi justru termarjinalkan. Dan sangat mungkin dianggap "gila". Padahal gerakan swadeshi itu justru yg paling sadar fungsi akan bahayanya virus nekolim bagi kemaslahatan bangsa. Kecuali melakukan penyadaran Pendidikan -pentransendenan ala Bung Hatta- dalam mengembalikan penanaman Pancasila secara massive dan gencar terlebih dahulu. Penanaman bahwa kebahagiaan tidak selalu berbading lurus dengan kepemilikan tanah dan materi-materi lainnya.

Revolusi Paradigma is a MUST.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline