"Tek, tek, tek," buah mangrove dipetik satu demi satu oleh bapak-bapak Pulau Pari. Udara segar terus menerpa mereka, terik matahari pun tidak dirasakan oleh mereka. Buah berwarna hijau kecoklatan dipetik dan dikumpulkan ke dalam ember kecil. Pemetikan itu dilakukan sesuai dengan adanya pembibitan.
Asmania (41), perempuan lokal Pulau Pari yang berjuang melindungi tanah kelahiran dari ancaman perubahan iklim dan tekanan korporasi. Ia mengajak para perempuan Pulau Pari meminta keadilan dan perhatian pemerintah terhadap pulau mereka yang terancam dengan melakukan aksi di Jakarta sejak 2014 sampai 2019.
Aksi tersebut sebagai upaya masyarakat Pulau Pari yang telah merasakan dampak nyata dari abrasi dan banjir rob. Bahkan, mereka telah kehilangan daratan setinggi 8 meter akibat kenaikan permukaan air laut. Selain itu, salah satu cara mempertahankan ruang hidup mereka melalui penanaman mangrove di Pantai Rengge merupakan kawasan paling parah terkena abrasi.
Tumbuhan hidup di pesisir yang kaya akan garam dan terendam air. Dengan keunikan yang dimiliki terlihat dari akar tunjang dan akar pneumatofora. Akar tunjang berfungsi sebagai penstabilan pohon di tanah berlumpur dan mencegahnya tergerus oleh gelombang laut.
Sementara akar pneumatofora untuk mengambil oksigen dari udara. Kulit kayu halus dan berwarna abu-abu sampai kehitaman. Daun berkulit tebal yang berwarna hijau tua dengan permukaan bawah lebih terang.
Berdasarkan penelitian Kajian Potensi dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Gugusan Pulau Pari tahun 2021 tertulis bahwa penanaman mangrove di Pulau Pari memiliki dampak signifikan terhadap pemulihan ekosistem pesisir. Dengan penanaman mangrove dapat meningkatkan keanekaragaman hayati, memperbaiki kualitas air, dan mengurangi erosi pantai.
Penanaman mangrove ini diawali dengan pencarian buah mangrove di Pantai Perawan, sebuah tempat surga yang banyak pohon-pohon mangrove berusia ratusan tahun tumbuh subur. Setelah itu, para perempuan Pulau Pari mempersiapkan bibit-bibitnya untuk dibersihkan menggunakan air dari kotoran yang menempel. Langkah ini untuk memastikan bibit yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme maupun zat berbahaya yang dapat menghambat pertumbuhan.
Dengan teliti membuang bagian yang tidak diperlukan dari buah mangrove, seperti kepala buah yang memiliki pentolan-pentolan kecil dengan menggunakan alat pemotong atau tangan. Bagian tersebut dibuang agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit. Penyemaian mangrove dilakukan dengan menggunakan polybag yang diisikan pasir laut. Pengisian ini dilakukan hingga 3/4 bagian polybag untuk memastikan adanya ruang bagi sirkulasi air dan pertumbuhan akar.
"Walaupun kita tahu bahwa plastik ini tidak ramah lingkungan tapi hanya ini yang kita bisa lakukan untuk penyemaian," ucap Asmania, Rabu (11/12/2024).
Setiap polybag dapat menampung sebanyak 10 sampai 30 batang bibit mangrove, tergantung pada ukuran polybag yang digunakan. Setelah diisi, menanam benih mangrove dengan kedalaman sekitar 2 sampai 5 cm. Bagian atas polybag dilipat ke luar untuk mencegah kristal garam terjebak di dalamnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan benih.
Dengan menggunakan polybag saat penyemaian mangrove dapat memudahkan dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman tanpa merusak akarnya, dapat membantu melindungi benih dari predator dan kondisi cuaca ekstrem selama fase awal pertumbuhannya. Hal ini, dikarenakan akar mangrove memiliki peran vital pada pertumbuhan dan keberlangsungan hidup tanaman.