Lihat ke Halaman Asli

Motivasi Cinta

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MOTIVASI CINTA

Pagi ini ku buka jendela kamarku, ku hirup udara segar. Udara yang masih begitu segar, belum ada polusi apapun di pagi ini. Suasana ini yang menambah ketenangan dan kenyamanan. Dari situ aku belajar bersyukur sama sang pencipta, karena telah menciptakan alam yang begitu indah ini.

Rina…”teriak mami dari luar”.

Iya mam, ada apa? Rina udah bangun ma.

Bagus deh, cepet mandi sana. Udah ditunggu kakakmu ini.

Seperti biasa tiap hari kalau mau berangkat sekolah selalu bareng kak rio, iya kebetulan kak rio SMA nya sebelahan dengan sekolahanku. Jadi aku selalu bareng, itung-itung ngurangi ongkos.

Selamat pagi mami, papi, kak rio. Kusapa semua mereka dengan senyuman termanisku dan keceriaanku kepada mereka.

Selamat pagi, ayo cepet sarapan. “tawar papi yang selalu bersikap lembut, gak seperti mami yang cerewet tapi penyayang.

Gimana udah siap UAN nya? “Tanya kak Rio dan mami”

Insyaallah siap , doain ya mam,pa, kak.

Iya, pasti kita doain semoga lancar ujian kamu dan lulus nantinya.

Iya, makasih yah, yaudah yuk kak berangkat keburu telat nanti. Aku kan harus mempersiapkan diri dulu kak.

Iya dek. Yok capcus.

Hari ini aku bener-bener ngerasain deg-deg gannya ngadepin ujian, serasa kaku untuk melangkahkan kakiku ke sekolahan itu. Lihat gerbangnya aja udah takut banget,seperti ngelihat pak polisi yang mau menangkap aku aja, hahaha.

Kamu harus bisa, kamu harus bisa, dan kamu harus yakin rin “gumamku saat aku berjalan menuju kelas”

Heh, rin, baca mantra loe?

Ah, loe sis, ngagetin aja. Mantra mantra, emang loe piker gue dukun?

Hahaha, habis dari tadi aku perhatiin, loe cuman komat-kamit kayak mbah dukun sedang ngobatin pasiennya. “ledek Siska, sahabat gue”

Sialan loe sis, !!!

Hahaha, ya udah kita masuk yuk. Udah siap kan?

Udah lah sis, Insyaallah siap.

Pengawas ujian sudah datang tuh sis.

Pagi anak-anak. Hari ini adalah hari pertama kalian UAN. Jangan lupa berdoa dan percaya diri, pasti kalian bisa.

Iya pak “serentak semua murid menjawabnya, meski ada beberapa murid yang masih kelihatan gugupnya ngadepin ujian ini.

Ujian –ujian pun aku lalui, sekarang tinggal menunggu hasilnya. Dalam hariku selalu berdoa, semakin mendekati hari kelulusan semakin takut saja rasanya.

Rin, kamu kenapa? Aku perhatikan hari-hari setelah ujian kamu sering melamun. “Tanya mama waktu mergokin aku ngalamun diayun-ayun belakang rumah.

Iya nih ma, rina gak ngerti kenapa perasaan rina takut untuk menerima hasil ujian.

Itu wajar nak, dulu kakakmu juga gitu. Tapi kamu harus yakin, semua udah kamu lakukan, jadi apapun hasilnya nanti kamu harus tetap bersyukur. “Mamipun memeluk aku dengan hangat”.

Iya ma, makasih ya ma, mama selalu bisa menenangkan aku.

Iya rina, itu udah menjadi kewajiban mama untuk menenangkan anak-anaknya.

Hari ini tepat hari kelulusanku. Rasanya deg-degan banget, jantung ini berdebar kencang banget seperti dipompa deg-deg-deg-deg.

Rina, hari ini hari kelulusanmu kan nak, semangat dan yakin ya. “ucap papa yang berusaha menenangkan aku”.

Iya pa. mama mana pa? aku biar sama kak Rio aja ya pa, kak Rio aja yang ngambil kelulusan aku.

Iya nak, mama kamu lagi ke belakang bentar tadi.

Rin, kamu gak ditemenin mama aja.”tawar mama”

Enggak ma, sama kak Rio aja, lagian mama kan hari ini juga ngajar, papa juga kan?

Iya nak. Ya udah kamu sama kak Rio aja ya.

Sampai juga disekolahan, aku selalu digandeng sama kak Rio, dan ku lihatin teman-teman wajahnya pada tegang. Termasuk Siska yang biasa bawel, dia juga mendadak diam.

Siska Renata!!. “Pak Joko memanggil nama siska berarti siska giliran mengambil surat kelulusan itu, namun yang mengambil diwakilkan oleh bapaknya.”.

Selamat ya sis, kamu lulus. “itulah yang aku dengar saat ayahnya membuka surat kelulusan itu, dank u lihat wajah siska begitu bahagia”.

Hore aku lulus, rin aku lulus, pasti kamu juga.

Iya sis, mudah-mudahan.

Kak Rio, aku takut.

Dek, kamu harus yakin.

Rina Ananta. “ Deg, namaku sudah dipanggil, ketika itu kakaku maju”

Sesampainya di mejaku, dek kita buka dirumah yah. Biar sekalian disaksikan mama-papa.

Kenapa gak disini aja kak?”tapi dalam hati aku mempunyai firasat tak baik, kak Rio wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu”

Iya gak apa-apa dek, biar sama-sama aja.

Sampai rumah papa dan mama, udah dirumah.

Gimana rin? Lulus kan anak mama?

Gak tau ma, masih dibawa kak Rio.

Lalu kak Rio memberikan surat itu ke mama dan papa.

Lalu mama dan papa membukanya. Ketika itu pula mereka memelukku, dan ku lihat kak Rio juga menangis.

Hasilnya gimana ma, pa, kak? Aku gak lulus ya?

Rina, apapun hasilnya kamu jangan bersedih ya, iya nak kamu gak lulus. “ucap kak Rio yang mencoba untuk tegar”

Apa aku gak lulus? Aku gak mau semua ini. Kenapa semua terjadi padaku? Ini gak adil, padahal aku udah usaha, belajar, rajin ,gak pernah bolos sekolah. Tuhan memang gak adil.

Dan saat itu aku mulai hancur, jatuh, kecewa, dan campur aduk.

Sayang, kamu gak boleh berkata begitu. Tuhan pasti punya rencana lain dibalik semua ini. Kamu tidak lulus bukan berarti bodoh. Dan kamu masih bisa sekolah dengan ikut ujian susulan.

Tapi ma, aku malu. Bagaimana nanti aku menghadapi teman-temanku? Aku pasti diejek.

Gak sayang, gak bakal ada yang ngejekin kamu.”lagi-lagi mama mencoba menenangkan aku”

Iya dek, ini bukan suatu yang harus kamu malukan. Ini bukan rejeki buat kamu. Masih ada ujian susulan,itu pertanda Tuhan masih sayang sama kamu masih mau ngasih kesempatan buat kamu untuk berusaha lagi. “Sambung kak Rio”.

Hari demi hari aku pun terpuruk, merasa dunia ini berakhir bagiku. Hari-hari aku lalui dengan di didalam kamar. Mama dan keluarga selalu berusaha menenangkan aku. Teman-teman tak ada yang peduli dengan aku, mereka sudah mengejekku lewat sosmed, mereka jahat, mereka gak ngerti perasaanku tapi malah seneng ngelihat aku susah. Siska pun juga begitu, dia seolah-olah tak kenal dengan aku. Tapi aku sudah tersadar dalam keterpurukanku, aku harus bangkit, aku gak mau mengecewakan mama, papa dan kakakku yang selalu nyurport aku. Rasa malau itu tak seberapa, asal keluargaku bisa tersenyum aku harus bangkit.

Ujian susulanpun telah aku lalui, dan aku sukses dengan ujian susulan. Kegagalan itu memang membuat aku sangat terpuruk, tapi karena mama,papa dan kakakku aku bisa menjadi bangkit. Kita boleh terpuruk dalam kegagalan, tapi kita harus bangkit dan semangat lagi dalam menjalani hidup.

Sekarang aku sudah lulus dari perguruan tinggi, dan menjadi manajer di sebuah perusahaan ternama di Jakarta, sedang kakakku kini sudah menikah.

Rina, kami bangga sama kamu nak. Meski jalan yang kamu lalui berliku-liku tapi kamu tetap semangat.

Ini semua karena kalian ma, pa, kak. Terimakasih ya. “akupun memeluk mereka”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline