Lihat ke Halaman Asli

Kesederhanaan Keluarga

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu ketika saya diperjalanan menuju kampus, jalan dalam kedaan rusak dan sedang diperbaiki saya melihat senyuman tulus dari sebuah bibir anak yang sedang di bonceng ayahnya. Dia begitu erat memeluk tubuh ayahnya yang kurus itu. Saya sempat menangis melihat kedaan anak dan ayahnya itu. Saya takut sepeda yang mereka tumpangi itu remnya habis karena keadaan jalan itu sangat menurun. Meskipun hanya sekejap saya melihat anak dan ayahnya itu sangat mendapatkan pelajaran yang berharga.

Mereka tersenyum disaat orang lain banyak yang mengeluh akibat rusaknya jalan dan perbaikan jalan tersebut. Mungkin mereka tidak punya banyak waktu untuk mengeluh masalah jalan. Pertanyaan dalam hati saya, apakah mereka pernah mengeluh dengan keadaan mereka? Apakah mereka selalu bersyukur dengan keadaan mereka? Sedangkan saya sendiri sangat banyak mengeluh. Setiap saya melihat mereka di jalan, mereka selalu tersenyum. Dengan kedaan menaiki sepeda yang di belakang sepedanya ada karung yang saya tidak tahu itu isinya apa. Bagaiamanakah dengan saya yang banyak mengeluh dengan kedaan. Mesti banyak belajar dari merekayang selalu tersenyum.

Apakah senyuman itu menunjukan rasa syukur? Itulah yang jadi pertanyaan saya sekarang, sedangkan ada yang mengatakan “senyum itu ibadah”. Dalam perjalanan mereka selalu tersenyum berarti mereka sedang melaksanakan ibadah. Mungkin bahagia itu bukan saja di lihat dari materi, tetapi bahagia itu bisa di lihat seberapa jauh kita selalu bersyukur. Bagaimana dngan orang yang mengeluh, apakah masih bisa bersyukur?.

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya dari hal-hal yang kita anggap tidak penting. Dari hal-hal kecil pun kkita belajar tentang suatu hal. Kesederhanaan yang menunjukan rasa syukur. Dalam kesederhanaan kita tidak akan merasa paling terkaya ataupun tercantik,terganteng dan termiskin. Kesederhanaan dalam berbicara pun itu menunjukan rasa syukur, dengan berbicara dengan sederhana kita tidak akan melukai hati orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline