Berapa kali kita melihat seorang wanita berjualan gorengan di pinggir jalan dan langsung muncul di benak kita, "Hebat, mandiri sekali." Tapi di sisi lain, ketika melihat pria di tempat yang sama, dengan pekerjaan yang sama, terkadang ada suara batin yang berkata, "Kenapa nggak cari kerja yang lebih 'mapan'?"
Jujur, saya sendiri dulu pernah merasa seperti itu, seolah-olah pekerjaan tertentu hanya cocok atau lebih mulia dilakukan oleh gender tertentu.
Namun, semakin saya melihat lebih dalam, semakin jelas bahwa pandangan ini dipenuhi stereotip yang tidak hanya tidak adil, tapi juga membatasi orang berdasarkan gender.
Ekspektasi Gender yang Masih Kuat
Kita tumbuh dengan banyak aturan tidak tertulis tentang bagaimana pria dan wanita "seharusnya" hidup.
Ekspektasi ini sudah mendarah daging sejak kecil. Di keluarga saya, misalnya, nenek sering memuji wanita yang bisa berjualan dan mandiri sebagai "tangguh" atau "pejuang keluarga."
Sedangkan bagi pria, selalu ada standar lebih tinggi. Pria yang bekerja di bidang yang dianggap "rendah" seringkali dinilai tidak memenuhi "standar."
Ekspektasi ini menimbulkan perbedaan pandangan yang, meskipun tampak biasa, memiliki dampak mendalam pada cara kita memperlakukan orang lain.
Pekerjaan dan Status Sosial: Ketika Martabat Diukur dengan Penghasilan
Di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa pekerjaan dengan penghasilan tinggi dan status sosial dianggap sebagai simbol keberhasilan. Tak heran, banyak orang memandang pekerjaan sederhana seperti jualan gorengan sebagai profesi "terakhir."