Lihat ke Halaman Asli

kuncupzkembang

bukan siapa-siapa dan tara kamana-mana

Bertanggung Jawab atas Pilihan

Diperbarui: 14 Februari 2020   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: detikFood

Barusan pagi ini saya sarapan ala ala prasmanan di sebuah hotel karena urusan pekerjaan. Sebuah kejadian membuat saya ingin merenung. Beberapa kawan mengambil menu sarapan "gratis" ini dengan semangat, semua menu dicoba.

Satu piring penuh menu makan besar menggunung diatas piring, belum habis apa yang barusan dibawa, sudah mengambil makanan tambahan lainnya. entah itu makanan pembuka atau penutup. Padahal kalau cuma sarapan sehari-hari saya biasanya juga ga pake pembuka-penutup. Mumpung lagi di hotel aja, hehe.

Ga mau kalah dengan teman-teman saya pun berusaha mencicipi semua yg disajikan, hihi, kapan lagi coba bisa sarapan pake menu pembuka penutup gini. Dipikir-pikir rupanya saya harus bijak juga ya, memang ini sarapan jatah tamu hotel, fasilitas kita sebagai tamu yg sudah bayar biaya menginap. Tapi tentunya tidak juga dengan serta merta kita bisa seenaknya. Saya pun coba hanya mencicipi dengan porsi kecil makanan yg memang saya penasaran ingin mencobanya. Alhasil, sebagian sukses di icip-icip walaupun ga semua bisa dimakan sesuai porsi saya. Lha wong perut saya cuma segitu-gitunya.

Di lain sisi saya melihat teman-teman dan atau tamu hotel lainnya, beberapa orang terlihat tak berhasil menghabiskan porsi makanan yg sudah mereka ambil. Dan mereka mengambil porsi baru lagi makanan lain. Sayang sekali saya pikir, ini adalah sebuah hal kecil yang sebetulnya jika kita jeli bisa diambil pelajaran besar tentang BAB Tanggungjawab. Ada Gak ya pelajaran ini di pelajaran Moral anak sekolah sekarang?

Heu.. jauh-jauh dari sarapan pikiran saya malah terbang melambung. Entah nyambung atau enggak, sy pikir orang-orang yg sudah terbiasa dengan melupakan "tanggung jawab" kecil seperti menghabiskan porsi makanan yg ia ambil sendiri tadi, sepertinya juga akan terbiasa menggampangkan urusan tanggungjawab lainnya.

Tanggungjawab yg sedang saya bayangkan adalah bertanggungjawab akan pilihan hidup. Misal seseorang memilih untuk sehidup semati dengan orang yang dicintainya, disahkan dengan ikatan suci akad nikah yang sangat sakral. Maka bagi orang yang "bertanggungjawab akan pilihan" tadi tentunya ia akan sebisa mungkin menjaga pilihan hidupnya tersebut bersama selamanya mengarungi bahtera rumah tangga walau dicoba dengan berbagai ombak dan badai. Beda dengan orang yang menggampangkan tanggung jawab, merasa bisa dengan mudah mengganti pilihan hidupnya ditengah jalan...

Hihi jauh banget ya pikiran saya melayang. Anda mungkin boleh setuju atau tidak dengan jalan pikiran saya ini. Tapi yg pasti, saya cuma ingin menyampaikan pesan moral: Yuk! mari kita menjadi gentle-man. orang yg gagah berani bertanggungjawab atas setiap pilihan hidup yg diambil, pikir dengan matang sebelum memutuskan sesuatu, jalani dengan total dan serius ketika kita mengambil sebuah pilihan, jangan menyesali pilihan yg telah lalu. Dan jangan mudah menyerah ketika ditengah jalan kita mendapat cobaan, karena setelah kesulitan pasti ada kemudahan :)

Yuk, habiskan sarapanmu! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline