Angkringan identik dengan gerobak yang menjajakan bungkusan makanan atau minuman minimalis, ceret air panas/jahe, murah dan sederhana. Salah satu menu nasi adalah Nasi Kucing. Ini hanya sebuah istilah saja karena jumlah porsi nasi satu bungkus sedikit (takaran kucing) dengan harga 1K -2K/bungkus, toping yang tersedia yaitu nasi teri sambal atau nasi oseng tempe. Kemudian UMKM ini pada saat pandemi covid-19 tidak kena imbasnya, masih bisa membantu kalangan masyarakat yang ingin mencari makan.
Tambahan menu lainnya tergantung daerah dan kemampuan penjual angkringan kucingam ini, ada tempe/tahu goreng, ayam bakar, sate ayam, sate telur puyuh dan lain sebagainya.
Tempat mangkalnyapun memilih sasaran kepada kawula alit dan mahasiswa kos-kosan ( Jogja -Magelang), karena harga terjangkau. Biasanya keluar mangkal jam 16.30an sampai dengan habis atau sekitar jam 22.30an, bahkan ada yang mangkal dekat dengan pos ronda. Usaha angkringan ini dengan perkembangannya sampai saat sekarang semakin bervariasi bahkan sudah masuk ke Mall atau Pojok SPBU bersamaan dengan swalayan yang ada disitu.
Tetapi masih banyak dan laku serta dapat menjadi alternatif usaha kuliner bagi kaum muda atau yang sudah purna. Persiapannyapun tidak terlalu sulit, bahkan sekarang banyak yang menyediakan gerobak sewa.
Kemudian supaya UMKM angkringan ini terus berlanjut pihak perbankan juga ikut membantu dari talangan dana modal usaha mikro.
Nasi kucing bagi kalangan tertenu sangat berati sekali, yang diperlukan sekarang bagaimana pihak terkait tentang makanan dapat mendampingi agar jajanan yang disajikan tetap bergizi dan berkulitas.
Sisi lain dari angkringan itu sendiri adalah terjalinnya komunikasi dari antar pembeli maupun dengan pihak penjual, informasi yang dibicarakan biasanya yang nget-trend(virak) saat ini, sehingga menjadi semakin asik nongkrong di angkringan sembari santap makan atau minum kopi, mie instan juga disediakan (menu baru).