[caption id="attachment_303419" align="aligncenter" width="590" caption="Jokowow bin Oei Hong Liong"][/caption]
Mencermati berbagai pemberitaan tentang Jokowow saat ini, itu tak ubahnya SBY di 2004. terlalu dibesar-besarkan dan diangkat melambung tinggi media. Di usung, dan digadang-gadang serta dipromosikan sebagai antitesis SBY. sebagai alternatif solusi calon pemimpin bangsa masa depan.
namun apakah iya Jokowi sebagus itu?
Obyektiflah hai Umat Bayaran...
Kalau Jokowow menang Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, sebenarnya itu kemenangan yang wajar saja ditengah keterpurukan Partai Demokrat dan Koalisinya yang sedang dirundung musibah. terbongkarnya berbagai kasus korupsi yang menjerat kader demokrat dan partai koalisi mendorong para voter memenangkan kandidat Jokowi-Ahok ini.
momentum nya memang tepat dan saat itu publik belum banyak mengenal Jeroannya Si Jokowow ini, dan Koalisi Kartel Cukong yang menjadi promotornya. Jadi ya Pas bangeed. yang sebenarnya, ditengah pilihan pihak Foke yang terkunci dengan Demokrat dan Koalisi. sentimen negatif memang sedang menyerang kubu ini, apalagi diterjang gontok-gontokan dengan wakilnya waktu itu.
Untuk skala sekecil DKI, loncatan manufer Jokowow memenangkan Pilkada memang wajar saja.
Tapi coba lihat, Pilkada Jawa Barat?
Penguasa suara Jawa Barat adalah PKS. meskipun saat itu sedang dihajar kasus Sapi yang menjerat Presidennya, PKS tetap tidak goyah dan memenangkan Pilkada JABAR. Jadi figurnya kurang laku disono, meski terbantu momentum SAPI itu, toh keterbatasan waktu mengolah isu demi menggoncang suara Jawa Barat tidak mempan, meski ada kenaikan.
Kasus berikutnya, Pilkada Sumatera Utara. meski dibantu dengan menghadirkan Jokowi sebagai Jurkam pun, kubu PDI-P tetep kalah. lagi-lagi kesandung ketika berhadapan dengan tokoh-tokoh yang diusung PKS.
Coba ingat, betapa militannya Voter Golkar di Propinsi Banten, yang membuat Dinasti Atut berkibar, sampai SBY pun bermanufer sangat radikat demi menggoncang militansi Golkar di propinsi ini. Meski sekarang suaraPDIP katanya dikabarkan naik, tapi itu kenaikan semu yang diekspor besar-besaran untuk menutupi kegelisahan para cukong bekingnya.
Contoh tiga kasus Pilkada itu saja sudah cukup bukti bahwa Jokowi bukan jaminan bisa memenangkan Capres 2014.
Untuk skala kecil Jokowi yes laah, saat itu sebelum Jokowow berkhianat terhadap rakyat DKI, dan sebelum PDIP terbongkar berkhianat dengan Batutulis Gate itu. Tapi untuk skala nasional, Jokowow bukan jaminan bisa menang NYAPRES, apalagi sudah terpapar ke publik dimana sebenarnya Internal PDIP sedang terjadi gontok-gontokan rebutan Uang AngPao dari Para Kartel Cukong.
Kalau saat ini ada suara-suara, Jakarta Miniatur Indonesia? jelas ini opini sesat dan salah kaprah, tapi cukup efektif menutupi kebodohan Internal PDIP. Menyandingkan Jakarta sebagai miniatur Indonesia adalah kesesatan yang nyata, yang disuarakan Umat Jokowow dan Kaum Pasukan Nasi Bungkus.
Hal ini justru akan membunuh karir Jokowow ke depan dan bisa jadi akan dihabisi sendiri oleh Makelar Kartel Cukong yang mengusungnya karena telah menimbulkan kerugian dan kebangkrutan besar pasca Pilpres. Jadi bagi umat bayaran Jokowow dan Pasukan Nasi Bungkus saya nasehati bahwa kenyataan di lapangan tidak seperti itu. Pemilih di Indonesia itu beragam, dan mayoritas itu lebih realistis dan Umat NU terbanyak.
paradigma “Pejah Gesang Nderek” sudah bukan jamannya lagi di era Modern ini.
Loyalis Orba dan Golkar itu juga termasuk voter militan, seperti juga para voter PDI-P dengan basis Soekarnoisme nya, yang sekarang mulai mbalelo menjegal Jokowow di Internal Partai PDIP demi menjaga marwah trah Soekarno. Meski voter Golkar cenderung oportunis, tapi ditengah penegakan hukum bagi koruptor yang masih mengambang dan pendek serta ringanya hukuman bagi para koruptor kelas kakap, justru pilihan menarik bagi oportunis melalui jalur Golkar sangat terbuka. Bisa jadi pilihan yang mengasyikkan.
[caption id="attachment_303390" align="aligncenter" width="460" caption="Jokowow dan umat bayaran"]
[/caption]
Ini kisah sejatinya tentang Jokowow dengan umat bayarannya dan Pasukan Nasi bungkus.
Bagi petinggi PDIP dan yang merasa memilik partai ini dan merasa pewaris trah Soekarno, Pencapresan Jokowow pada Pemilu 2014, tidaklah penting... Tidak Harus Menang. Kenapa?
ya sederhana saja, karena mereka sudah menjadi dan akan sangat kaya raya, ga ada effeknya jokowow menang atau ndak. menang ya syukur, kalah ya ga papa. AKu RAPOPO....ingetkan?
Jadi hai umat bayaran Jokowow dan pasukan nasi bungkus sadarlah, kalian hanya dimanfaatkan dan dibayar tidak layak.
Korupsi adalah pilihan naik kelas, naik kasta dalam tatanan masyarakat bagi para oportunis, seperti sebagian besar umat Jokowow itu kan, dimana melalui berpolitik, jalur fast track untuk naik kelas menjadi kaya raya menjadi kader Partai dengan mengkorup uang negara dan peluang itu terbuka lebar.
Jadi, Mendorong Jokowi Nyapres dengan menyuarakan “JAKARTA MINIATUR INDONESIA” justru menjadi kartu mati bagi PDI-P dan karir politik Jokowi sendiri ke depan.
jadi bagi para umat Jokowi sadarlah, hati-hati, ada sedang dimanfaatkan para Kartel Cukong dan Agen Asing untuk meraih kekayaan yang lebih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H