Lihat ke Halaman Asli

Kuncarsono Prasetyo

Sejarah itu asyik :)

Laboratorium Desain dan Arsitektur Itu Bernama Makam Peneleh

Diperbarui: 17 Maret 2020   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situasi area pemakaman 1918 | dok pribadi

Foto atas: suasana pemakaman keluarga Jakobus E Limahelu Mustamu 1918. Foto bawah: situasi hari ini.

Tampak cungkup atau atap makam semuanya berornamen lisplank berukir tembaga. Gaya makam bercungkup ini adalah style pekuburan yang lagi hype abad 18 hingga periode awal 19. Inilah periode 'perkawinan' desain Belanda-Jawa yang dikenal dengan kultur Indisch. Bisa dibuktikan dengan tanggal kematian di nisannya.

Situasi hari ini di tempat yang sama | dok pribadi

Periode berikutnya konstruksi atap seng plus ornamen lisplank ini berganti dengan atap beton yang simple dan tegas. Ini bersamaan dengan lahirnya arsitektur Art Nouveau disusul Art Deco style periode 1910-1930. Ini juga bisa dibuktikan dengan tanggal kematian di nisannya.
 
Makam Peneleh Surabaya yang diresmikan sejak 1 Desember 1847 ini sudah lama menjadi laboraturium sejarah desain dan arsitektur. Bukan hanya model bangunannya yang bebeda tiap jaman, tetapi termasuk, material pembuatannya, bentuk fontnya, simbol simbolnya, ornamen ragam hiasnya.

Maka, setiap orang otomatis akan biasa tahu periode kapan model bangunan plus ragam hias untuk satu makam itu berdiri? hanya cukup melihat di kapan tahun kematian di nisannya. Sebab karya kreatif itu lahir mewakili jamannya.

Sayangnya laboratorium kreatif ini pelan-pelan hilang. Periode 1960-1980an ornamen listplank, guci, patung, pagar banyak dijarah. Belakangan tersisa struktur atap seng kuno dan penyangga besi. Itu yang selamat.

Sayangnya pekan lalu, bukannya direkonstruksi, puluhan cungkup yang tersisa ini malah dibongkar paksa. Diangkut ke tempat lain justru oleh petugas yang harusnya merawat. Seperti nampak perbandingan dua foto di bawah ini. Miris.

Kembalikan artefak Makam Peneleh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline