DI catatan sebelumnya, Bung Karno nembak Oetari di Jembatan, dan Oetari menjawab. lantas setelah itu? Ya itu saja, tidak ada kelanjutannya. Keduanya kembali lagi ke rumah, dan suasana seperti tidak terjadi apa-apa.
BACA SEBELUMNYA : Cinta Pertama Bung Karno di Rumah Sederhana Ini (1)
Perasaan keduannya ini disimpan rapat di depan Pak Tjokro. Mereka seolah berhubungan backstreet.
Dalam catatan Bung karno dalam Buku Penjambung Lidah Rakjat tulisan Cindy Adams 1964 menyebutkan alasan segan kepada pak Tjokro-lah yang membuat hubungan ini disimpan.
Bung Karno muda dan Oetari sama-sama takut Pak Tjokro murka, tidak hanya memarahi anaknya yang masih bocah. Bung Karno juga takut kalau-kalau Pak Tjokro melaporkan ke R Soekemi, bapak Bung Karno yang juga sahabat Pak Tjokro itu.
BACA JUGA : Pencetus Bahasa Indonesia Ternyata Seorang Belanda
BACA JUGA : Filosofi Sambal (2) Inilah Sejarah Sambal Nusantara
Hari-hari berlangsung seperti biasa, setiap pagi Bung Karno berangkat sekolah ke daerah Kebonrojo (sekarang kantor Pos Besar) Jaraknya kira kira satu kilometer. Sepulang sekolah, Bung Karno membaca buku-buku, menulis di surat kabar yang dikelola Sjarekat Islam (organisasi pimpinan Pak Tjokro.
Kadang ikut nimbrung bersila di lantai menemani Pak Tjokro menemui tamunya. Bung Karno semakin larut dengan kesibukan Pak Tjokro yang bersafari politik. Ke luar kota, jika hari libur, Bung Karno pasti diajak.
Nyaris tidak ada catatan lagi tentang romansa cinta Bung Karno-Oetari. Misalnya ngedate lanjutan pasca pernyataan cinta itu, atau diam-diam sering mojok, bahkan jalan-jalan malam minggu.