Selain sebagai momentum untuk menginvestasikan amal dan pahala sebanyak mungkin, ramadhan juga merupakan saat yang tepat untuk melatih dan membangun kebiasaan. Oleh karena itu, selain berharap bahwa amal ibadah kita selama ramadhan ini diterima oleh Allah SWT; dicatat sebagai salah satu insan yang mendapatkan lailatul qadr, rutinitas dan kebiasaan yang telah terbangun selama ramadhan, seharusnya akan bertahan dalam beberapa waktu ke depan.
Ibarat kawah candradimuka, ramadhan seharusnya berhasil menempa diri kita menjadi manusia yang baru; memenangkan iman dalam jiwa, hal tersebut tentu menjadi modal yang berharga untuk mengarungi perjalanan kehidupan di masa mendatang, setidaknya sampai Ramadhan kembali menjumpai
Kemenangan iman atas hawa nafsu merupakan sebuah indikasi bagi kemenangan jiwa, hal terakhir ini merupakan syarat utama bagi terwujudnya kemenangan di alam realitas. Kebiasaan untuk selalu memenangkan iman atas nafsu menjadi jaminan bagi seseorang untuk mencapai kemenangan dalam alam nyata.
Investasi pahala dan rahmat-Nya merupakan modal penting untuk mendapatkan keselamatan pada kehidupan setelah kematian, tetapi kebiasaan untuk selalu memenangkan iman atas nafsu menjadi modal penting untuk mencapai keberhasilan di dunia.
Jiwa yang menang akan mendorong akal untuk selalu berpikir cemerlang, jiwa yang menang juga akan membuat raga selalu bersemangat dan gagah. Hal itulah yang menjelaskan mengapa para ilmuwan-ilmuwan muslim di abad pertengahan mampu mengukir prestasi monumental ketika eropa masih dirundung duka dan kegelapan.
Kaidah tersebut juga yang menjelaskan mengapa kemudian serdadu zionis sangat takut dengan sosok Ahmad Yasin yang lumpuh dan buta; penjajah belanda yang kocar-kacir oleh Jend. Soedirman. Kemenangan jiwa yang menjelaskan mengapa nama khalid bin walid sangat ditakuti pun ketika sosoknya belum hadir dan Qa'qa' bin Amr lebih menakutkan dibanding 1000 pasukan.