Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan, Kepahlawanan dan Kemenangan Jiwa

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau kita membuka lembaran sejarah bangsa, maka kita akan menemukan banyak sosok pahlawan yang telah berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang berhasil mengalahkan tantangan zamannya dengan cara menciptakan peristiwa demi peristiwa yang laik untuk dikenang dan bersemayam abadi di benak para generasi berikutnya, bahkan kemudian tercatat dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran sejarah.

Kaidah Kepahlawanan

Gelar kepahlawanan biasanya disematkan pada sosok yang mempunyai kontribusi besar bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan agama, serta objek kepahlawanan lainnya. Para pahlawan bukan berarti tidak pernah menerima pemberian, tetapi kontribusi mereka jauh lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan apa yang mereka terima. Para pahlawan adalah manusia biasa tetapi mereka mempunyai niat untuk memberi tanpa membutuhkan pamrih, disertai upaya yang keras dan serius dalam mewujudkan niat tersebut.

Kepahlawanan merupakan sebuah fungsi, karena ia adalah perwujudan dari semangat dan ikhtiar untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi banyak orang. Kepahlawanan juga mengandung makna perkembangan, karena seseorang tidak akan pernah dapat selalu menjalankan fungsinya dengan optimal jika tidak mengalami perkembangan secara utuh dan maksimal.

Berkembang dan berfungsi menjadi dua kaidah yang harus selalu dipenuhi oleh seorang pahlawan. Jika seorang manusia hanya berkembang saja tetapi tidak berfungsi, maka mereka akan seperti pohon yang tinggi dan besar serta berdaun lebat tapi tidak menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi. Sebaliknya, jika seorang manusia menjalankan fungsinya dalam rangka memberi kemanfaatan pada orang banyak, tetapi tidak diikuti dengan perkembangan diri secara optimal, maka mereka sejatinya ibarat lilin yang memberi cahaya pada sekitarnya tetapi dengan membakar diri sendiri.

Manusia yang diibaratkan seperti lilin akan dapat diketahui kelanjutan jalan ceritanya, ia akan terus bersinar untuk kemudian padam karena “tubuhnya” sudah habis terbakar. Kaidah tersebut harus dipahami dengan baik oleh seorang pahlawan, bahwa kepahlawanan tidak hanya tentang keberfungsian terhadap orang lain, tetapi juga tentang bagaimana cara mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri.

Mengembangkan Diri secara Utuh

Proses pengembangan diri harus dilakukan secara utuh, mengintegrasikan seluruh komponen dasar yang membentuk kepribadian seorang manusia, yaitu jiwa, fisik dan akal. Seorang pahlawan harus menghindarkan diri dari proses pengembangan diri yang bersifat parsial, yaitu pengembangan diri yang hanya memokuskan perhatian pada satu atau beberapa komponen saja. Pengembangan diri pada komponen jiwa tidak boleh dipisahkan dengan pengembangan pada komponen fisik dan akal, serta seperti itu juga sebaliknya.

Diantara ketiga komponen pembentuk kepribadian manusia seperti yang dijelaskan sebelumnya, komponen kejiwaan dapat dianggap sebagai komponen yang paling strategis. Hal tersebut didasari dengan kenyataan bahwa jiwa merupakan wadah bagi konflik antara nafsu dan keimanan, keberadaannya sangat mempengaruhi dua komponen lainnya. Oleh karena itu, proses pengembangan diri yang dilakukan oleh seorang pahlawan harus memberi perhatian lebih bagi komponen tersebut.

Pengembangan pada sisi kejiwaan dapat disebut dengan pendidikan kejiwaan atau karakter, proses tersebut diharapkan dapat membuat orientasi atau tujuan hidup seorang pahlawan mengalami penguatan. Pendidikan atau pembangunan karakter juga diharapkan membuat seorang pahlawan mendapatkan tambahan energi untuk menjalani tantangan yang akan dihadapi dalam menjalani kehidupan. Menjadi rahasia umum bahwa seorang pahlawan akan mengalami tantangan kehidupan yang teramat berat, jauh lebih berat dibandingkan dengan manusia lainnya, karena itu tidak banyak manusia yang berhasil mencatatkan dirinya sebagai seorang pahlawan.

Orientasi hidup seorang pahlawan adalah semangat untuk memberi manfaat, semangat tersebut merupakan pengejawantahan dari kebesaran jiwa. Semangat kepahlawanan tidak mungkin muncul dari jiwa-jiwa yang kerdil, yaitu jiwa yang hanya memikirkan kesenangan diri sendiri saja. Semangat kepahlawanan hanya akan muncul dari mereka yang mempunyai jiwa besar seperti permadani yang sanggup untuk menampung banyak orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline