Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Pengalaman

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik, experiences is the best teacher. Pepatah ini mengajarkan bahwa pengalaman, dalam bentuk apapun itu, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Ia menjadi guru yang membuat siapapun yang mengalaminya, akan menjadi lebih baik. setidaknya akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik.

Kegagalan misalnya, ia menjadi sesuatu yang sangat berharga ketika kita menganggapnya sebagai sebuah pengalaman. Hal itulah yang kemudian menjadi rahasia keberhasilan para ilmuwan besar seperti Newton dan Edison yang sepanjang hidupnya mengalami banyak kegagalan, juga menjadi rahasia Jepang sebagai sebuah negara yang berhasil dan maju.

Jepang banyak mengalami kegagalan dan kehancuran akibat perang saudara, perang dunia yang berakhir dengan peristiwa penjatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, juga ketika terjadi gempa dan tsunami yang kemudian mengakibatkan bocornya reaktor nuklir di Fukushima.

Begitu pentingnya sebuah pengalaman, maka ia tidak boleh terjadi secara alami, mengalir begitu saja. Perlu ada perencanaan atau skenario yang matang dan jelas agar pengalaman yang dihasilkan menjadi berkualitas. Salah satu caranya dengan mengetahui teori atau ilmu dari sebuah pengalaman tersebut

Pengalaman sebenarnya merupakan hasil dari dua tahap pembelajaran, yaitu mengetahui dan mengalami. Hanya saja, sering kali tahapan mengalami terjadi tanpa didahului dengan tahapan mengetahui. Hal itulah yang kemudian membuat pengalaman yang dihasilkan menjadi tidak berkualitas, hilang begitu saja, tanpa berbekas, tanpa ada pelajaran yang bisa diambil.

Itulah yang kemudian menyebabkan tidak selalu pertambahan usia diiringi dengan pertambahan kedewasaan, karena ia tidak mampu mengambil pelajaran dari pengalaman yang ia dapatkan. Jika tidak ada pembelajaran, maka tidak ada kedewasaan. Karena sesungguhnya salah satu indikasi dari berhasilnya proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang adalah dengan munculnya kedewasaan.

Karena pentingnya sebuah pengalaman, juga pentingnya menciptakan pengalaman-pengalaman yang berharga, kami di TRUSTCO Jakarta sering menggunakan mekanisme simulasi sebagai salah satu pola dalam pembelajaran. Simulasi yang tentunya dilakukan setelah sebelumnya diberikan sedikit teori mendasar tentang sebuah pengetahuan.

Salah satu simulasi yang sering dimainkan adalah Magic Stick. Simulasi ini memberikan pengalaman kepada para peserta pelatihan tentang pentingnya kerja sama dan pentingnya keberadaan seorang pemimpin dalam sebuah tim. dari simulasi tersebut, para peserta semakin menyadari bahwa kerja sama tim tidak gampang untuk dilakukan, mereka juga semakin menyadari bahwa keberadaan seorang pemimpin sangat vital dalam sebuah tim atau organisasi.

Pertanyaan penting yang dapat kita ajukan adalah apakah setiap manusia atau negara harus mengalami kegagalan dahulu supaya bisa berhasil dan maju?

Saya sering menyampaikan dalam beberapa seminar dan training bahwa keledai tidak boleh terperosok ke dalam lubang dimana keledai yang lain pernah terperosok di sana. Maksudnya adalah kita semua seharusnya tidak gagal pada pada titik dimana orang lain pernah gagal, atau paling tidak, kita tidak mengulangi tindakan yang sama yang pernah dilakukan oleh orang yang gagal tadi.

Pada era informasi sekarang ini, kita dengan mudah dapat mengetahui perihal kegagalan dan kesuksesan seseorang atau sebuah negara. Indonesia misalnya, bisa belajar dari Uni Soviet tentang apa saja yang tidak boleh dilakukan agar tidak terjadi disintegrasi bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline