Lihat ke Halaman Asli

Tawuran

Diperbarui: 16 November 2018   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tawuran,

Apa yang sedang and fikirkan ketika mendengar kata tawuran?

James dalam bukunya, mengatakan bahwa kasus antar siswa di sekolah lebih banyak diselesaikan dengan pendekatan norma oleh gurunya.    Bila dicermati, fenomena perkelaian dan tawuran di SMA dan mahasiswa, sebenarnya tidak jauh dari kasus-kasus yang pernah dialaminya saat mereka masih usia TK sampai SD. Norma yang ditanamkan kepada anak tentang hubungan sosialnya sering menjadi sebuh proses uninformasi sepihak dari guru kepada anaknya. Sehingga, anak mengetahui tetapi tidak faham dengan apa yang disampaikan.

 

Buah dari penanaman norma dan nilai sosial di sekolah, akhirnya suatu hal yang kurang efektif, karena tidak dibarengi dengan pembiasaan-pembiasaan secara kritis. Seharusnya norma dan nilai ditempatkan dalam posisi yang bisa dipertanyakan dan terus dikritisi oleh sianak tersebut. Sehingga mereka posisinya tidak hanya seperti robot saja.

Nilai penghargaan terhadap keberagaman dalam segala hal bisa menjadi contoh fundamental penanaman mental kepada anak. Melalui penghargaan kemudian penerimaan akan keberagaman disekitar anak, dia akan bisa menerima dan bergaul dengan siapa saja yang berbeda dengan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline