Eben Haezer (artinya: batu pertolongan) adalah nama suatu tugu yang dibangun di antara MIzpa dan Yesana pada ± Th 1000 SM, sebagai suatu peringatan akan pertolongan Tuhan bagi bani Israel dalam peperangan melawan kaum Filistin.
Latar belakang Eben Haezer adalah pengalaman suatu bangsa (bani Israel) yang dilepaskan oleh Tuhan dari bahaya laten (kaum Filistin), setelah mereka melakukan pertobatan massal. Kemenangan bani Israel atas kaum Filistin ini dikisahkan sebagai mujizat, karena Tuhan sendiri yang mengacaukan kaum Filistin, sehingga bani Israel dapat memukulnya kalah, bahkan bani Israel terus mengejar kaum Filistin sampai hilir Bet-Kar. Di tempat peperangan inilah seorang Nabi (Samuel) membangun Tugu dan menamainya Eben Haezer karena katanya, ”Sampai di sini Tuhan menolong kita”.
Bangsa Indonesia meninggalkan tahun 2016 dengan begitu banyak pergulatan. Baik pergulatan politik, ekonomi, moral, keamanan, dan lain-lain, tapi sampai saat ini Indonesia tetap kokoh berdiri sebagai bangsa yang besar. Sebagai bangsa yang berKeTuhanan, sudah seharusnya bila bangsa ini juga bersyukur kepada Tuhan dan berkata “Sampai di sini Tuhan menolong kita”.
Sebagaimana bani Israel dalam kisah di atas yang mengalami pertolongan Tuhan setelah mereka kembali beribadah kepada Tuhan, dan membuang para berhala (baal, asytoret), bangsa Indonesia juga sudah waktunya membuang para berhala. Berhala? Bukankah bangsa kita bukan penyembah berhala? Ya, secara de jure bangsa kita memang bangsa yang berkeTuhanan, tapi ternyata uang juga menjadi berhala dan dipuja banyak orang. Operasi tangkap tangan para koruptor oleh KPK, dan tim saber pungli yang juga sudah menangkap banyak orang adalah bukti bagaimana berhala uang masih memerintah di Indonesia.
Kekuasaan juga menjadi salah satu berhala paling populer di Indonesia. Gong Pilkada serentak tahun 2017 yang sudah mulai ditabuh dari tahun 2016 menjadi parameternya. Event Pilkada menjadi suatu tontontan bagaimana demi kekuasaan, orang rela dan menghalalkan segala segala sesuatu demi kekuasaan. Bahkan agama pun menjadi komoditi paling laku untuk dipelintir-pelintir seenaknya sendiri demi kekuasaan. Saya teringat akan salah satu moment Pilkada serentak tahun 2015 di salah satu kota, di mana salah satu kandidat bahkan menggunakan salah satu lembaga keagamaan lengkap dengan seluruh pemuka agamanya untuk mendistribusikan uang suap “serangan fajar”. Hal ini dapat terjadi hanya karena si kandidat dengan leluasa menggunakan isu agama (jangan sampai si agama “X” yang jadi pemimpin). Masyarakat kita masih banyak yang belum terdidik bahwa bukan agama si pemimpin yang menjadi persoalan, tapi bagaimana si pemimpin adalah orang yang benar-benar bertakwa kepada Tuhan.
Masih banyak lagi berhala-berhala yang harus dibuang oleh bangsa ini. Sex bebas, narkoba, bahkan teknologi pun bisa menjadi berhala, bila bangsa ini sudah menempatkan teknologi sebagai segala-galanya dan melupakan Tuhan.
Membuang berhala, artinya bangsa ini harus kembali menempatkan Tuhan sebagai prioritas tertinggi salam kehidupan berbangsa. Para pendiri bangsa ini sudah melakukan langkah awal yang benar dengan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila yang pertama dari dasar Negara kita. Sebagaimana para pendiri bangsa yang menginsafi sepenuhnya bahwa Kemerdekaan Indonesia hanya merupakan rahmat Allah yang Maha Kuasa, sudah waktunya bangsa ini kembali kepada Tuhan dan tidak hanya mengandalkan kekuatan, kepintaran, bahkan kecanggihan teknologi untuk menjawab persoalan – persoalan bangsa, dan mengalahkan kemiskinan, kebodohan, bahkan sampai terorisme yang menjadi musuh bangsa Indonesia.
Sebagaimana kisah Eben Haezer yang menceritakan bahwa Tuhan sendiri yang memberi kemenangan dengan mengacaukan musuh, Indonesia pun pasti bisa terus naik menjadi bangsa yang besar dan mengalahkan setiap masalah dan musuh bangsa bila berjalan bersama Tuhan, karena) Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita (Mazmur 60:14)
Selamat Tahun Baru Indonesiaku.
Pustaka: 1 Samuel 7, Alkitab terjemahan baru ; Lembaga Alkitab Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H