Lihat ke Halaman Asli

Metallifuckinka: Dari "Hit The Lights" sampai "Seek and Destroy"!!

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13775054121733765047

[caption id="attachment_283509" align="aligncenter" width="624" caption="Band metal dari AS, Metallica, menggebrak Jakarta dalam konser mereka di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (25/8/2013) malam./Admin (WARTA KOTA/ALEX SUBAN)"][/caption] Butuh perjuangan untuk menonton band yang satu ini. Sebulan sebelumnya, kantong harus dirogoh cukup dalam untuk membeli tiketnya. Begitu H-1, penukaran tiket seperti menjadi ajang pemanasan yang betul-betul panas!! Saya mengantri jam setengah 12 siang, dan baru keluar sebelum jam 2. Gladi resik sebelum antri masuk gerbang, pikir saya. Hari minggu, 25 Agustus 2013, pagi hari. Saya masih di rumah, memikirkan waktu yang tepat untuk menuju Gelora Bung Karno. Saking lamanya mikir, sampai tidak jadi belanja bulanan ke supermarket dan membatalkan janji dengan tukang jahit. Akhirnya, jam 2 saya bulatkan tekad untuk menuju lokasi. Saya berangkat berdua saja dengan istri. Di stasiun Pondok Ranji ada beberapa orang memakai kaus warna hitam. Hmmm... Ini pesaing saya untuk menuju baris terdepan di kelas Festival, mungkin. Siang itu saya baru tersadar membawa rokok di kantung celana. Padahal saya ingat betul rules yang ditetapkan panitia. No cigarette and lighter, apalagi narkoba. Panitia tampak berhati-hati betul dengan segala kemungkinan kerusuhan yang bisa terjadi. Mengingat 20 tahun yang lalu konser Metallica berakhir ricuh. Betul saja, sesampainya di gerbang pertama (saya masuk dari sisi Jl. Jend. Sudirman) rokok dan korek harus dikarduskan. Bahkan snack yang dibawa istri saya juga harus masuk kardus panitia. Istri saya hanya berhasil membawa masuk 1 bungkus biskuit dengan alasan sedang menyusui. Lumayan... Banyak metalhead sedang santai di halaman depan GBK. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore ketika kami memutuskan segera masuk gerbang. Di gerbang pertama dilakukan pemeriksaan barang bawaan sesuai aturan dan scanning barcode tiket. Gerbang selanjutnya panitia memberikan gelang kertas sebagai penanda kami bukan penonton ilegal. Begitu masuk ke lintasan jogging sisi luar stadion, kami salah ikut antrian. Ya, kami malah ikut antri orang yang mau beli merchandise resmi.Yang mengantri di gerbang ternyata sedang duduk santai persis di depan pintu gerbang sektor 9. Ternyata, banyak yang merokok di sini!! Mungkin dimasukkan ke celana dalam waktu melewati gerbang pertama, seperti yang dilakukan oleh orang yang duduk di sebelah kami, sekumpulan mahasiswa semester 4 yang menonton band metal lebih untuk gaya-gayaan saja!! Kami duduk sampai jam setengah 5 saja. Gerbang direncanakan dibuka oleh panitia tepat jam 5, tapi tampaknya para metalmania sudah tidak sabar ingin mengambil posisi terdepan. Seharusnya, di sinipun ada pemeriksaan ulang barang bawaan oleh panitia. Tapi karena sudah tidak sabar, para metalhead langsung lari sekencang-kencangnya begitu gerbang dibuka. Beberapa ada yang terjatuh, bahkan sampai tersungkur. Lebih dahsyat dari para alay penonton Dahsyat!! Saya dan istri harus terus berpegangan, bahkan ada kalanya kami berlari seperti terbang. Perjuangan kami membuahkan hasil. Kami ada di baris kedua paling depan di sisi kanan dan agak cukup ke tengah. Persis di depan Kirk Hammet biasa ambil posisi bermain gitar. Cukup melelahkan, kami duduk bersama dengan Metalhead dari Bandung, Malang, Jogja dan Surabaya.. Mengingat konser baru akan dimulai 3 jam lagi. Kadang saya berdiri untuk melihat keadaan. Jam 6, penonton sudah mulai mendorong ke depan. Seringai belum datang saja saya sudah dalam posisi lumayan terjepit. Jam 6.30, Seringai muncul dengan membawa Raisa. Wiihh, para metalhead mendapat hiburan segar dengan melihat wanita cantik yang mengajak semua penonton menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Metalmania memang nasionalis sejati!! Saya tidak hafal dengan lagu-lagu Seringai, mungkin hanya tahu beberapa judul lagu mereka saja. Tapi, karena kuping saya cukup friendly dengan musik metal, saya tidak kesulitan menikmatinya. Bahkan perempuan di sebelah saya yang berasal dari Surabaya cukup enjoy dan bersabar ketika Seringai di atas panggung. Kali ini Seringai mengajak gitaris Burgerkill, Eben, dan Stevie Item dari Andra and The Backbone untuk berkolaborasi. Bahkan vokalis band metal dari Solo ikut serta membuka konser. Seringai selesai, badan makin terjepit oleh penonton di belakang yang merangsek maju karena meminta air ke panitia. Kami harus menunggu kru Metallica menyiapkan set panggung selama 1 jam. Lampu tembak di atas panggung sisi kiri yang menghadap penonton sempat terbakar, dan sepertinya tidak dinyalakan lagi sepanjang konser. Setiap ada panitia lewat membawa kardus minuman, badan saya pasti terjepit. It's showtime!!! Diawali intro yang lambat, para personil Metallica muncul ke panggung. Gebrakan pertama adalah Hit The Lights.  Lagu lawas yang sangat enerjik. Seluruh metalhead langsung headbang massal. Sepertinya tidak ada yang tidak tahu lagu ini. Tak peduli kepala saling berbenturan, mereka asyik sendiri. Suasananya langsung terasa panas ketika Metallica membawakan Master of Puppets. Semuanya ingin menggantikan James Hetfield bernyanyi. Dan karena saya berada di sisi Kirk Hammet berdiri, banyak metalhead yang lebih memilih bengong menyaksikan solo guitarnya daripada headbang. Robert Trujillo mulai ikutan solo bass guitar. Metalhead sudah menduga Orion yang akan dibawakan selanjutnya. Memang, ikonik sekali gaya sang bassist ini. Di akhir lagu, James menyampaikan tribute untuk Cliff Burton. Metalhead sebelah saya sudah hafal betul dengan set lagu ini. Sempat menyapa penonton sebentar, Metallica lanjut membawakan lagu dari album Death Magnetic. Sepertinya Cyanide, karena saya metalhead oldskool jadi tidak hafal lagu baru mereka hahaha. Ketika James teriak akan membawakan lagu dari album Kill Em All, sontak saya teriak Four Horsemen. Dan betul saja, lagu favorit saya dimainkan. Di sini saya betul-betul menghabiskan suara, walaupun tahu konser masih berlangsung lama. Ini lagu Metallica paling asyik menurut saya. Penonton headbang lagi, tidak perduli badan bergerak ke kanan, kiri, maju ataupun  mundur. Fade to Black, salah satu lagu "slow" milik Metallica tak luput untuk dibawakan. Terasa sekali nuansa kegelapan di lagu ini. Bahkan James sendiri sampai bertanya berkali-kali ke penonton: "You sing it, but do you feel it?!" Ya, kalimat "I have lost a will to live" itu memang terasa di hati. Penonton di bagian belakang menyalakan handphonenya untuk menambah efeknya. Selain itu, Ride The Lightning, Fight Fire With Fire dan For Whom The Bell Tolls adalah lagu-lagu  lain yang dibawakan dari album Ride The Ligthning. Penonton heboh lagi ketika intro Entersandman terdengar. Histeria fans K-Pop seperti tidak ada apa-apanya dibanding kegilaan para metalhead. Sampai lagu sebelum penutup dinyanyikan, Sad But True, tidak ada yang melebihi kegirangan para metalhead ini. Dan entah kenapa, Metallica lebih memilih membawakan lagu slow lainnya Nothing Else Matters dibandingkan The Unforgiven di konser ini. Panggung sudah diredupkan, personil Metallica menghilang, Creeping Death dan Seek and Destroy belum dibawakan. Metalhead seperti akan dikecewakan di konser ini. Tapi, karena sudah sering menonton konser rock/heavy metal, banyak penonton yang tahu ini hanyalah gimmick. Dan betul saja, Creeping Death langsung bergema ketika James selesai menghitung one, two, three, four!!! Para metalhead semakin menggila. Tenaga yang tersisa dikerahkan semua untuk menikmati lagu ini. James Hetfield sempat bercanda mau pulang dan segera tidur dengan penonton sebelum menutup konser dengan lagu Seek and Destroy. Tapi metalhead Indonesia tidak menyerah sebelum lagu ini dibawakan. Begitu intro gitar mulai dimainkan, penonton langsung melonjak heboh. Ditambah dengan closing khas melemparkan banyak balon ukuran besar ke tengah penonton, niscaya 750 ribu itu terbayar lunas dengan kenangan tak terlupakan. Tak lupa, sebelum para personil Metallica pergi, pembagian pick gitar seperti menjadi tradisi dari konser band rock. Sayang, saya gagal menangkap 1 dari sekian puluh pick gitar itu. Sekian yang bisa saya ceritakan. Perjalanan pulang terasa dingin karena keringat yang membasahi seluruh kaos. Semakin dingin karena kami pulang menggunakan Commuter Line terakhir yang sudah sepi. Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline