Idul adha menjadi momentum yang membahagiakan setelah idul fitri. Momentum idul adha mengingatkan kita terhadap pengorbanan yang dilakukan Ibrahim AS terhadap putra beliau Ismail AS. Setiap daerah memiliki ciri khas dalam perayaan Idul Adha disertai dengan keunikan yang berbeda-beda, hal yang pasti adalah diadakan penyembelihan hewan kurban. Rakyat Palestina memiliki nuansa yang berbeda dalam merayakan Idul Adha, jiwa keilahian dari mereka mampu menutupi segala bentuk kekacauan yang terlihat di depan mata. Pada portal Kompas, salah satu warga kamp Jabalia tepatnya Gaza Utara yang berusia 46 tahun bernama Bahjat Mansour menyatakan bahwa pada Idul Adha ini mereka tidak bisa membeli daging kurban dikarenakan harganya yang sangat mahal. Bagi rakyat Palestina suasana Idul Adha justu terasa memilukan karena banyak dari keluarga yang terbunuh akibat serangan dari pihak yang bersangkutan.
Salah satu hal yang disukai anak-anak Gaza menjelang hari raya Idul Adha adalah melihat hewan ternak yang berada di pasar, hanya saja pada tahun ini justru menjadi hari raya yang sepi tanpa pengunjung dikarenakan perang dan kurangnya persediaan hewan ternak. Pada salah satu akun intagram @eye.on.palestina yang berkolaborasi dengan @mahmoud._.shalha20, terdapat sebuah video yang mendeskripsikan bagaimana anak-anak Gaza berjuang untuk mendapatkan makan di saat mereka lapar pada hari kedua Idul Adha. Selain itu, pada penyambutan hari Idul Adha terdapat beberapa akun intagram yang saling berkolaborasi memberikan berita-berita terkait Palestina, di antaranya akun @eye.on.palestina, @translating_falasteen dan @manaa.20 yang menyuguhkan kepada dunia berita terkait penyambutan rakyat Palestina terhadap Idul Adha. Para orang tua di Gaza mengusahakan banyak cara untuk membuat anak-anak Gaza bahai dalam menyambut Idul Adha.
Anak-anak lain yang tidak berada di Palestina menikmati lebaran Idul Adha dengan begitu menyenangkan, melihat kurban, merasakan daging kurban dan mendapatkan kehangatan dalam keluarga dan tempat tinggal. Hal ini tentunya tampak berbeda dengan apa yang dirasakan oleh anak-anak di daerah Palestina terkhusus Gaza. Idul Adha yang tergambarkan oleh dunia dengan kenikmatan daging yang bisa dirasakan, sholat yang nyaman, kebersamaan bersama keluar yang begitu hanya, terasa sebaliknya bagi rakyat Gaza. Kemeriahan yang seharusnya dirasakan seluruh umat Muslim, terasa sakit dan dipenuhi kehancuran. Sholat Idul Adha yang dipenuhi kedamaian justru dirasakan rakyat Gaza dengan balutan runtuhan gedung dan bangunan.
Pada hari Minggu, 16 Juni 2024 rakyat Palestina pada jalur Gaza melaksanakan sholat Idul Adha di dekat masjidil aqsa. Berbeda dengan perayaan sebelumnya, perayaan Idul Adha kali ini terasa sangat memprihatinkan. Pada Metro TV disebutkan bahwa beberapa dari mereka kembali ke Khan Younis untuk meletakkan sajadah di sekitar puing reruntuhan bangunan masjid untuk melaksanakan sholat Idul Adh, beberapa dari mereka khususnya Gaza Tengah melaksanakan sholat di halaman sekolah. Kekuasan yang terbatas yang dimiliki oleh rakyat Palestina, tidak menjadikan mereka putus harapan dan melupakan Allah, justru apa yang terjadi menjadikan mereka lebih kuat dan sabar. Mari sebagai sesama Muslim dan manusia, kita belajar untuk lebih memanusiakan manusia dan mendoakan segala kebaikan untuk Palestina. Hal-hal yang tidak bisa kita lakukan untuk membantu lebih, kita upayakan dengan membalut luka mereka dengan doa dan bantuan-bantuan yang bisa kita lakukan.
Sumber:
Kesaksian Warga Palestina Rayakan Idul Adha di Tengah Perang, Jadi Hari Paling Menyedihkan Halaman 2 - Kompas.com
https://www.instagram.com/reel/C8UspkmtQbL/?igsh=MXA0MHlhamdwb2JtcQ==
https://www.instagram.com/reel/C8UQYyeKf0c/?igsh=YThpZHphdGhpb3Fo
Warga Gaza Laksanakan Salat Idul Adha di Tengah Reruntuhan Rumah dan Gedung (youtube.com)