Lihat ke Halaman Asli

Gerardus Kuma

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Diperbarui: 22 April 2023   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat mesjid Jami Namira Leuwayan sedang melaksanakan sholad Ied di halaman Mesjid Jami Namira Leuwayan. Sumber: Facebook Benny Benediktuz

Kemarin (Jumat, 21/04) dan hari ini (Sabtu, 22/04), umat Muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri. Idul Fitri dirayakan setelah umat Muslim menjalani puasa selama sebulan penuh. Puasa untuk menahan rasa lapar dan haus: Tidak makan dan minum sepanjang hari. Puasa untuk mengekang hawa napsu dan angkara.

Kenangan saya akan moment Hari Lebaran di kampung saat keccil tiba-tiba menyeruak ketika melihat foto keluargaku umat Muslim di Leuwayan sedang melaksanakan sholat Ied di halaman Mesjid Jami Namira Leuwayan. Foto ini diupload oleh saudara saya Benny Benedictuz di beranda facebooknya.

Foto keluarga Muslim sedang sholat Ied dengan latar gereja Santu Petrus Leuwayan itu sungguh menggugah. Ya, karena jarak antara gereja dan mesjid di kampung kami hanya dipisahkan oleh jalan desa.

Namun bukan hal ini membuat saya ingat moment hari Lebaran pada masa kecil di kampung saya dulu. Tetapi suasana kegembiraan yang meliputi kami anak-anak dimasa itu saat merayakan Lebaran secara bersama-sama yang mengantar saya pada kisah masa lalu.

Hari Raya Idul Fitri di kampung saya tidak hanya dinantikan oleh keluarga yang beragama Muslim tetapi juga oleh semua orang Leuwayan. Dan terlebih anak-anak.

Karena saat hari raya seperti ini, keluarga Katolik dan Islam akan saling mengunjungi, berkumpul, dan makan bersama. Dan bagi anak-anak ini adalah kesempatan untuk menikmati makanan yang enak.

Di desa saat itu, makanan yang enak adalah kemewahan. Tidak setiap hari kita dapat menyantap makanan yang lezat. Hanya moment tertentu saja kita menikmati makanan enak. Saat pesta atau hari raya, misalnya.

Karena itu setiap hari raya, baik itu agama Katolik maupun agama Islam, selalu disambut dengan gembira. Itu tadi, bagi anak-anak, ini adalah kesempatan makan makanan yang enak.

Setiap kali Lebaran, pagi-pagi kami anak-anak Katolik sudah berada di sekitar mesjid menunggu keluarga Muslim melaksanakan sholat Ied. Biasanya  kami duduk berjejer di atas batu di sepanjang jalan desa yang memisahkan mesjid dan gereja.

Selesai sholat, selalu ada makan dan minum bersama di mesjid. Makanan dan minuman ini disiapkan oleh keluarga Muslim. Mereka memasak di rumah masing-masing dan membawanya ke mesjid untuk disantap secara bersama-sama. Inilah moment yang kami nantikan. Keinginan menyantap makanan yang enak akan terpenuhi.

Segala jenis makanan yang tidak kami nikmati di hari-hari biasa disajikan. Ada nasi kuning, ketupat, kaleso, daging ayam, kue tar, pisang goreng, kue donat, sarabe, jawada, teh dan kopi. Waktu itu minuman sirup tidak ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline