Lihat ke Halaman Asli

Gerardus Kuma

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Jumpa Sabahat "Literasi"

Diperbarui: 23 Desember 2022   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama sahabat literasi saya guru Boy (kiri) dan guru Uno (kanan). Dok.pribadi

Catatan awal: tulisan telah saya publikasikan di facebook saya Geradus Kuma Apeutung. Saya publikasikan kembali di Kompasiana agar bisa dibaca lebih banyak orang.

Apakah itu kebetulan atau telah direncanakan, yang pasti dalam hidup kita akan mengalami moment perjumpaan. Ada perjumpaan yang direncanakan. Ada perjumpaan secara tiba-tiba. Entah dengan siapa, kapan dan di mana. Karena hidup adalah perjumpaan.

Perjumpaan dengan sahabat selalu menjadi moment yang bahagia. Ada sukacita. Ada suasana gembira. Karena dalam perjumpaan ini ada tutur kisah. Ada sharing pengalaman. Ada tukar ide. Ada adu gagasan. Karena itu perjumpaan dengan sahabat selalu membawa nuansa berbeda dan menghadirkan perspektif baru.

Saya bersyukur mengalami moment perjumpaan dengan dua sahabat “literasi” saya di Bajawa, Ngada. Saya menyebut mereka sahabat “literasi’ karena minat dan perhatian yang sama pada literasi yang menjadikan kami sahabat. Kecintaan kami pada dunia baca-tulis membuat kami akrab.

Jalan literasi yang kami geluti di tempat tugas masing-masing, juga membentang antara Flores Timur dan Ngada. Dan membawa saya berjumpa dua sahabat literasi ini. Ya, literasilah yang mempertemukan kami. Literasi sebagai gerakan kolektif tidak boleh dibatasi sekat wilayah. Literasi, sebaliknya, sebagai gerakan masa depan harus menerobos batas administratif wilayah. Itulah alasan dua sahabat ini mau menyambut dan menjamu saya.

Dua sahabat itu adalah, pertama, guru Uno Igna Marry Ignatio. Perjumpaan saya dengan putra Ende ini adalah yang kedua kali. Pertama adalah saat moment seminar nasional literasi yang diselenggarakan Asosiasi Guru Penulis (Agupena) Flores Timur di Larantuka bulan Maret lalu. Semangat literasi mengantarnya dari Flores bagian tengah menuju ujung timur Flores. Sekembalinya dari Nagi, staf pengajar SMPN 1 Bajawa ini bergerak menghidupkan Agupena cabang Ngada.

Sahabat kedua adalah guru Bonefasius Zanda. Putra Ngada yang sekarang menjadi staf pengajar SMAK Regina Pacis adalah penggiat literasi di Rumah Literasi Cerdas, Ngada. Dengan guru Boy (sapaannya) ini adalah perjumpaan perdana. Sebelumnya saya hanya mengenal sahabat saya ini lewat media sosial facebook. Juga melalui tulisannya yang selalu menghiasi kolom opini Pos Kupang, Flores Pos, dan beberapa media online. Di Regina Pacis, guru Boy menakhodai majalah sekolah Suara Ratu Damai.

Di pondok guru Boy menikmati kopi Bajawa dan jagung titi Flores Timur. Dok.pribadi

Selasa (29/03/18) sekitar pkl.10.00 saya sampai di kota dingin Bajawa. Setelah menunggu beberapa menit di pertokoan kota Bajawa, guru Boy datang menjemput saya. Dari sini kami menuju SMAK Regina Pacis. Setiba di Recis, datang ketua Agupena Ngada, guru Uno bergabung bersama. Saya memanfaatkan moment ini untuk melihat-lihat SMAK Recis dan mengabdikannya.  Guru Boy memperkenalkan lembaga tempatnya mengabdi. Terutama upaya mereka menerbitkan majalah sekolah Suara Ratu Damai.

Kurang lebih tiga puluh menit berada di RECIS, kami bergerak ke pondok guru Boy. Di pondoknya, telah menunggu istrinya juga buah hati mereka. Guru Boy lalu menjamu kami santap siang. Selanjutnya kopi Bajawa dihidangkan untuk menghangatkan hawa dingin Bajawa. Dan jagung titi Nagi menemani diskusi, sharing pengalaman dan berbagi kisah kami siang itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline