Sejak kemarin (Selasa, 31/05/2022) Presiden Joko Widodo telah berada di kota Ende, Nusa Tenggara Timur. Ini adalah kunjungan pertama Jokowi ke kota Pancasila. Tetapi dalam konteks kunjungan ke wilayah NTT, kedatangan Jokowi sudah tidak bisa dihitung lagi.
Lawatan Jokowi ke Ende ini dengan tujuan merayakan hari lahir Pancasila yang berpusat di Ende. Penetapan 01 Juni sebagai hari lahir Pancasila ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016. Tujuannya pemerintah, masyarakat dan semua komponen bangsa senantiasa mengingat Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Pancasila sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia dalam sejarah "kelahirannya" tidak terlepas dari kota Ende. Ende, ibu kota kabupaten Ende adalah tempat Ir. Soekarno diasingkan Belanda tahun 1934-1938. Saat pengasingan di Ende, di bawah pohon Sukun sebagai tempat perenungan, Soekarno menggali dan merumuskan ide dasar negara Republik Indonesia Pancasila.
Walau hari ini diperingati sebagai hari Pancasila, saya tidak akan mengulasnya. Bukan karena Pancasila itu tidak penting. Tetapi karna saya tidak memiliki kompetensi ihwal Pancasila. Secara teoritis, pengetahuan saya tentang Pancasila sangat terbatas. Namun bagi saya, yang lebih penting itu bukan pengetahuan tentang Pancasila dan sila-silamya. Tetapi bagaimana membumikan nilai-nilai Pancasila. Mewujudkan Pancasila dalam kehidupan itu lebih bermakna dari sekedar menghafal butir-butir Pancasila.
Karena itu dalam memperingati hari Pancasila, 01 Juni 2022 ini harapan saya adalah "buah" pemikiran "founding father" kita ini dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agar cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata dapat terwujud.
Kembali ke kedatangan Presiden Jokowi di Ende. Kunjungan Jokowi ke Ende pada moment peringatan hari Pancasila memberi pesan pemimpin harus dekat dengan warganya. Pemimpn tidak boleh membangun jarak dengan rakyat. Sebaliknya diatara pemimpin dan rakyat tidak boleh ada sekat yang menghalangi. Itulah pemimpin pancasilais.
Pemimpin pancasilais tidak boleh tinggal dalam menara gading kekuasaan. Karena kepemimpinan itu bermakna ketika sang pemimpin hadir di tengah-tengah rakyat. Melihat dan merasakan denyut nadi rakyat. Bergumul bersama dan menjawabi persoalan masyarakat.
Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang suka blusukan. Sebagai presiden yang merakyat, dalam dua periode kepemimpinannya, hampir seluruh wilayah Nusantara telah dikelilinginya. Semua wilayah, terutama daerah tertinggal dan terluar menjadi prioritas yang didatangi Jokowi. Ini bukti bahwa Jokowi sungguh menyatu dengan masyarakat.
Dalam lawatan-lawatannya, Jokowi telah mengunjungi kabupaten Flores Timur. Tepatnya di pulau Adonara ketika sesama saudara di pulau tersebut mengalami musibah banjir bandang dan tanah longsor, April 2021 lalu. Saya pun bermimpi agar suatu waktu Presiden Jokowi bisa kembali ke tanah Nagi dan mendatangi lembaga pendidikan kami, SMP Negeri 3 Wulanggitang, di desa Hewa, kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT.
Mimpi saya ini tidak muluk-muluk. Karena Presiden Jokowi telah "hadir" di Spentig Hewa. Kehadiran Jokowi di lembaga SMPN 3 Wulanggitang bukan dalam kunjungan langsung tetapi dalam bentuk buku. Ya, buku tentang Jokowi. Buku berjudul "Jokowi Mewujudkan Mimpi INDONESIA Memahami Pembangunan Berbasis Karakter dan Nilai-nilai Kemanusiaan" yang ditulis oleh Darmawan Prasodjo.