Lihat ke Halaman Asli

Gerardus Kuma

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Merayakan HGN di Tengah Korona

Diperbarui: 27 November 2020   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apel bendera memperingati HGN 2020 tingkat SMPN 3 Wulanggitang. Dok.pribadi

Setiap tahun, bangsa Indonesia merayakan Hari Guru Nasional. Tanggal 25 November ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional. Siapakah guru itu sehingga perlu hari khusus untuk mengenang dan merayakannya?

Guru berasal dari bahasa Sansakerta yang merupakan gabungan dari kata "gu" dan "ru" yang artinya kegelapan (darkness) dan terang (light). Makna ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru membawa anak dari kegelapan menuju terang; menuntun siswa dari ketidaktahuan menjadi tahu; mengubah siswa yang tidak memahami menjadi bisa memahami. Dalam tradisi Jawa, kata guru merupakan akronim dari "digugu lan ditiru." Artinya tugas guru tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi juga mendidik moral dan karakter. Lewat sikap dan perilaku guru menjadi teladan bagi siswa.

Perayaan HGN didasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Penetapan ini dengan pertimbangan guru memiliki peranyang sangat penting dalam pembangunan nasional terutama peningkatan kualitas manusia Indonesia. Ini menunjukkan pengakuan bangsa ini terhadap jasa guru. Peran guru dalam kemajuan suatu bangsa sangat krusial dan esensial.

Ada kisah menarik. Ketika perang dunia II meletus Jepang tak berdaya di hadapan lawannya. Kekalahan Jepang ini tidak terlepas dari pemboman kota Nagasaki dan Hiroshima oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Jepang hancur lebur dan mengalami kemunduran akibat kekalahan perang.

Kaisar Jepang, Hirohito bertanya berapa jumlah guru yang masih hidup. Mengapa guru ditanya dan bukan prajurit perang yang dicari dalam situasi kekalahan perang saat itu? Sang Kaisar sadar bahwa tangan para gurulah yang akan menuntuk Jepang bangkit dari keterpurukan akibat kekalahan perang.

Di saat pandemic Covid-19 sekarang, pendidikan tidak bisa berjalan normal. Pembelajaran tradisional melalui kegiatan tatap muka di sekolah tidak dapat dijalankan. Sebagai gantinya, dilakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Keadaan ini kemudian tidak dapat menihilkan peran guru, malah sebaliknya semakin mengokohkan kehadiran guru.

Di kota-kota besar dengan fasilitas pendukung yang memadai dimana pembelajaran yang dilakukan secara on line, guru hadir memfasilitasi aktivitas pembelajaran. Di desa-desa denga kondisi fasilitas dan infrastruktur yang memprihatinkan, pembelajaran dijalankan secara off line. Di sana, guru begitu semangat melakukan pembelajaran. Di tengah keterbatasan para guru tetap terus berkarya. Mendatangi siswa di kampung-kampung; mengunjungi murid dari rumah ke rumah. Walau di tengah pandemic Covid-19, semangat para guru tidak luntur.

Perayaan HGN di Spentig Hewa

Pendidik dan tenaga kependidikan SMPN 3 Wulanggitang. Dok.pribadi

Hari Guru Nasional 2020 telah lewat. Di tengah situasi global yang masih dihantui pandemic Covid-19, peringatan HGN dilakukan secara sederhana. Peringatan HGN tahun ini tidak semarak tahun-tahun sebelumnya. Peringatan HGN yang biasa diadakan di PGRI ranting maupun cabang kini dipusatkan di sekolah.

SMPN 3 Wulanggitang, lembaga pendidikan yang berada di desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT menggelar beberapa kegiatan dalam memperingati HGN tahun ini. Pertandingan futsal dan bola voli putra-putri antar kelas, demo masakan pangan local dan penataan keindahan dan kebersihan kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline