Sejak tahun 2014 Pelaksanaan Ujian Nasional dilakukan dalam dua model yaitu Ujian Nasional Kertas Pencil (UNKP) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Perbedaan antar UNBK dan UNKP terletak pada media yang dipakai dalam ujian. UNBK atau disebut juga Computer Based Test menggunakan komputer sebagai media ujian. Sementara UNKP adalah ujian yang menggunakan kertas sebagai media.
Secara teknis, dalam pelaksanaan UNKP siswa mengerjakan soal ujian yang tertulis di (kertas) lembaran soal dan menjawab di (kertas) lembaran jawaban komputer (LJK) dengan melingkari option yang benar menggunakan pencil 2B. Sedangkan dalam UNBK, siswa mengerjakan soal yang ditayang di monitor komputer dan menjawab dengan meng"klik" pada salah satu pilihan jawaban yang benar pada komputer.
Secara praktis, UNBK maupun UNKP pada hari yang sama. Pelaksanaannya selama empat hari dimana setiap hari diujikan 1 mata pelajaran dengan durasi waktu 2 jam per mata pelajaran. Dalam pelaksanaan ujian, UNKP dilaksanakan secara serempak sementara pada UNBK dibagi dalam tigas sesi ujian.
SMPN 3 Wulanggitang, atau popular dikenal dengan Spentig Hewa, sebuah lembaga pendidikan yang berada di desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT dalam sejarah telah melaksanakan dua model ujian nasional di atas. Sekolah ini berdiri pada tahun 2002. Dalam pelaksanaan ujian akhir (nasional), sejak berdiri hingga tahun 2018 Spentig Hewa melaksanakan ujian nasional berbasis kertas dan pensil. Baru pada tahun 2019 Spentig Hewa melaksanakan ujian nasional berbasis komputer.
Ketika pertama kali melaksanaan UNBK ada banyak kendala dan tantangan yang dihadapi. Maklum sekolah di kampug pasti punya banyak kekurangan. Sekolah di kota saja masih ada yang "ngos-ngosan" apalagi yang di desa. Namun di tengah kekurangan yang dimiliki, Spentig Hewa berani maju melaksanakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
Tantangan yang paling berat adalah prasarana pendukung seperti komputer, jaringan internet dan aliran listrik. Untuk komputer, sekolah hanya memiliki 20 unit. Jumlah ini belum cukup karena komputer yang dibutuhkan adalah 32 unit. Untuk memenuhi kekurangan ini, sekolah meminjam laptop milik guru dan orang tua siswa Spentig Hewa sebanyak 12 unit. Selain 32 unit komputer untuk peserta ujian, juga diperlukan dua unit komputer sebagai server ujian. Satu server pusat dan cadangan.
Jaringan internet juga menjadi kendala tersendiri. Di desa Hewa memang sudah berdiri tower telkomsel. Namun jaringannya masih hilang muncul karena tower ini masih mengandalkan mesin generator. Masalah jaringan komunikasi ini membuat kecepatan akses internet yang sangat lambat.
Hambatan jaringan internet ini menghadirkan kisah tersendiri bagi proctor dan teknisi UNBK Spentig Hewa. Sebagai orang yang berada di depan layar dan bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan UNBK, proctor dan teknisi harus mengorbankan waktu dan tenaga ekstra. Beberapa kali, sejak kegiatan simulasi, komputer server harus dipikul ke ibu kota kecamatan yang jaringan internetnya agak baik untuk mendownload soal-soal.
Dan untuk hal ini, mereka harus bergadang sampai dini hari. Dalam pelaksanaan pun, terutama saat simulasi pada sesi tertentu harus dibatalkan karena jaringan internet yang tidak bersahabat.
Kendala lain adalah pasokan listrik. Di Hewa memang sudah ada jaringan listrik negara (PLN). Tapi jangan dibayangkan seperti listrik di kota yang pasokanya selalu stabil 24 jam. Listrik di desa lain. Tiangnya boleh berdiri angkuh tetapi arusnya kadang "macet" berhari-hari. Atau kalaupun menyala, arus listrik tidak stabil. Cerita aliran listrik seperti ini juga dialami di Hewa. Untuk mengatasi kendala ini, sekolah menyiapkan 2 unit genset dengan daya masing-masing 5 kw dan 3 kw. 1 unit adalah milik sekolah dan 1 unit pinjaman dari masyarakat.