Lihat ke Halaman Asli

Gerardus Kuma

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Mading Kandil Spentig Hewa

Diperbarui: 4 Mei 2020   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mading Kandil Spentig Hewa. Dokumen pribadi.

Menulis merupakan keterampilan yang harus diasah terus menerus. Untuk meningkatkan kemampuan menulis orang mesti konsisten menulis. Tidak ada penulis yang dilahirkan. Penulis dibentuk lewat kebiasaan dan ketekunana menjalani proses kreatif menulis. Ya, untuk menjadi penulis, orang harus menulis.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk melatih keterampilan menulis. Di sekolah misalnya, kreativitas menulis bisa digiatkan melalui penerbitan majalah dinding. 

Mading adalah wahana bagi warga sekolah untuk menempah diri menjadi penulis. Melalui penerbitan majalah dinding, warga sekolah diberi kesempatan dan mendapat ruang untuk mempublikasikan karya tulisnya.

SMPN 3 Wulanggitang atau populer dikenal dengan Spentig Hewa, sebuah sekolah di Flores Timur, NTT juga memiliki majalah dinding. Majalah dinding ini diberi nama Kandil. Melalui majalah dinding ini, warga Spentig Hewa mempublikasikan hasil karya tulisannya. Mading Kandil sebenarnya sudah lama hadir. Namun perjalanannya bagai "hidup enggan mati tak mau." Penerbitannya tidak dilakukan secara berkala. Setahun kadang dua kali, kadang hanya sekali. 

Walau masih tertatih-tatih, namun lewat dukungan pimpinan, upaya mengasah keterampilan menulis di lembaga Spentig tetap dijalankan. Seiring dengan perubahan bentuk mading yang awalnya hanya berupa triplek yang dipaku pada dinding kelas, kemudian diganti dengan tripleks yang diberi kaki sehingga mading ini bisa berdiri, dan kini telah berubah tampilan dalam bentuk kaca, warga Spentig berkomitment untuk terus menjadikan mading Kandil sebagai wahan mengasah keterampilan menulis.

Bulan Februari lalu, madding Kandil Spentig hadir dengan mengusung tema "Everyday is Love." Tema ini berkaitan dengan hari kasih sayang yang dirayakan pada bulan setiap February tepatnya tanggalnya 14. Hari kasih sayang lazim disebut Valentine Day.

Setiap waktu adalah kasih. Setiap saat adalah sayang. Setiap hari adalah cinta. Itulah refleksi yang diangkat siswa/i Spentig Hewa yang dipublikasikan pada mading Kandil. Refleksi yang dituangkan dalam bentuk opini, cerpen, puisi dan cerita humor.

Cinta harus hadir dalam setiap tugas dan karya yang diemban. Guru, misalnya, dalam menjalankan tugas mendidik harus dilandasi akan cinta. Ini ditunjukkan dalam sikap mengasihi siswa dan bersedia untuk mendengarkan mereka. Itulah opini yang digagas Maria Febriana Keron Aran, siswa kelas VIIIC.

Cinta yang kita alami dalam setiap moment hidup harus dirayakan. Ketika Valentine tiba, moment ini mesti dikenang. Dalam komunitas kecil, bersama teman-teman sekolah, misalnya, hari kasih sayang ini dapat dirayakan. 

Moment seperti ini dapat mempererat tali kasih diantara sesame teman sekolah. Perayaan tidak harus dalam suasana yang mewah dan meriah. Tetapi dalam kesederhaan pun cinta itu tetap hadir. Kisah ini ditulis Maria R. Soge, siswa kelas VII C dalam cerpen berjudul, "Valentine."

Kasih sayang kita peroleh dari siapa saja. Dari Bapa, Mama, Guru, keluarga, sahabat, teman dan kenalan. Atas semua itu, kita patut mengucapkan terima kasih atas cinta diberikan kepada kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline