Di tengah kemajuan teknologi sistem informasi serta maraknya aliran informasi yang tak kunjung berhenti 24/7. Para jurnalis dituntut untuk menghasilkan karya tulis yang akurat, kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Tuntutan deadline serta maraknya kemajuan teknologi tidak bisa jadi alasan mereka untuk mundur dalam membawa kebenaran.
kemajuan teknologi memicu perubahan pola produksi serta konsumsi sebuah informasi. Media konvesional berlomba-lomba untuk masuk ke ranah online. Audiens pun mulai meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi konten melalui media konvesional dan beralih pada media online. Tanpa disadari, fenomena ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi profesi jurnalis. Mereka dituntut untuk setara dan beradaptasi dengan hiruk pikuk kemajuan teknologi.
Dalam dunia per-televisian, jurnalis tidak hanya dituntut untuk muncul di layar televisi selayaknya jurnalis berita, namun mereka juga dituntut untuk pandai dalam menulis. Mengingat media konvensional sudah cukup tertinggal. Dikutip dari Geotimes.co.id, Dahlan Iskan, selaku bos Jawa Pos mengatakan bahwa nasib media konvensional, terutama media cetak, hampir selesai.
Hal ini didukung dengan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia yang menyebutkan bahwa pada tahun 2017 jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 143 juta dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 262 penduduk. Maka dari itu, Televisi juga menghadirkan versi media online-nya yang menyediakan beragam artikel.
Para jurnalis televisi dituntut untuk menghadirkan konten dalam bentuk tertulis contohnya netmedia.co.id. Hal yang samapun berlaku dalam dunia radio. Radio tidak hanya menghadirkan streaming, namun juga tulisan, podcast bahkan video yang dirangkum dalam satu media online contohnya npr.org dan radio El pais.com
Terlepas dari tantangan jurnalis media kovensional, para jurnalis media online juga tidak tinggal diam menghadapi perkembangan teknologi. mereka yang berkecimpung di media online selalu menghadirkan pembaharuan atau upgrade terhadap beberapa fitur di medianya guna menghindari ketertinggalan.
Portal berita online, seperti CNA News menyediakan "most watched news / trending news" pada laman pertamanya. Hal ini guna mempermudah pembaca memperoleh informasi yang sedang hangat diperbincangkan. Selain itu, karena teknologi internet ini bersifat global, maka tidak jarang portal berita yang hadir dengan bahasa universal (inggris).
Salah satu contohnya adalah Aljazeera.com. Al Jazeera merupakan portal berita yang berasal dari timur tengah. Namun, bahasa yang digunakan dalam menyajikan konten yaitu inggris. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi jurnalis untuk menguasai beragam bahasa.
Di era kemajuan teknologi yang menuntut jurnalis untuk multitasking serta multitalent dalam melakukan banyak hal, mereka dituntut untuk memiliki beragam keahlian, seperti fotografi untuk photojournalism, editing video hingga editing audio untuk menghasilkan beberapa konten seperti podcast dan video animasi.
Mereka juga dituntut untuk ahli dalam grafik informasi dan animasi, mengingat target pembaca milenials yang mudah jenuh dengan tulisan panjang dan monoton. Maka sebenarnya apa maknanya bagi pihak media? mengapa para jurnalis harus sedemikian rupa mengikuti perkembangan? Jawabannya tentu untuk audiens.
Media hingga portal berita online hadir untuk mengedukasi audiens dengan konten yang dianggap bermanfaat. Beragamnya medium serta bentuk konten memungkinkan audiens untuk memiliki banyak pilihan.