Lihat ke Halaman Asli

Transformasi Perilaku Konsumen: Dari Sampah Menuju Energi Berkelanjutan

Diperbarui: 7 Februari 2024   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Limbah domestik di Indonesia menjadi perhatian serius dalam permasalahan lingkungan. Pengelolaan limbah domestik meliputi sampah organik maupun anorganik yang terdiri dari berbagai jenis plastik, kertas, kaca, logam, limbah cair, dan limbah dapur. Kurangnya kesadaran masyarakat dan infrastruktur pengelolaan yang tidak memadai di sebagian besar daerah menjadikan tantangan semakin besar. Dampaknya tidak hanya mencakup pencemaran lingkungan, terutama di perairan dan sumber air, tetapi juga menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Meskipun pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan memperbaiki infrastruktur pengelolaan limbah, masih ada kekurangan infrastruktur yang  memadai terutama di daerah perkotaan dan pedesaan. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan memperbaiki infrastruktur pengelolaan limbah menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan limbah domestik di Indonesia. 

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 mengungkapkan bahwa dari total produksi sampah nasional sebesar 21,1 juta ton, 34,29% tidak terkelola dengan baik yang berakibat pada pencemaran lingkungan. Angka tersebut merupakan angka yang sangat besar, permasalahan sampah tidak bisa hanya diurus oleh KLHK saja karena yang menimbulkan sampah tersebut adalah seluruh warga Indonesia. Maka dari itu dengan dimulainya pemilahan dan pengolahan sampah secara sederhana mulai dari rumah masing-masing akan sangat mempermudah pemerintah dalam pengelolaan sampah selanjutnya.

Prinsip reduce, reuse, recycle (3R) nampaknya harus diterapkan oleh seluruh warga Indonesia secara bergotong-royong demi menjaga kelestarian lingkungan kita saat ini. Reduce dapat dilakukan dengan memilih produk yang dapat di daur ulang, memilih produk isi ulang sehingga tidak menimbulkan banyak sampah. Reuse dengan menggunakan kembali plastik yang kita miliki, menggunakan kembali botol plastik bekas sebagai media kerajinan dan lain sebagainya. Recycle dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi ecobrick, mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, dan lain sebagainya. 

Kurun waktu kurang lebih 2 tahun kami sudah sadar betapa pentingnya menjaga kesehatan bumi, maka kami telah memilah sampah anorganik yang kemudian kami klasifikasikan dalam beberapa jenis seperti dupleks, alumunium, plastik, kertas, tetrapack,dan lain sebagainya lalu kami menyetorkan sampah tersebut kepada pengelola sampah anorganik setempat. Sampah organik sisa masak juga kami kelola secara sederhana di rumah kami dengan cara menimbun sampah organik ke dalam tanah atau bisa juga menggunakan lubang atau kantong biopori. 

Penggunaan botol dan tempat makan juga selalu kami gunakan tiap bepergian guna mengurangi limbah plastik. Perlu diketahui bahwa limbah plastik merupakan salah satu sampah yang memiliki waktu lama untuk terurai yaitu sekitar 50-80 tahun. Penggunaan pampers pada anak juga telah kami minimalisir dengan menggantinya ke popok kain atau cloth diapers karena pampers juga menjadi salah satu menyumbang sampah terbesar di Indonesia yang sulit terurai di dalam tanah. 

Limbah Domestik Rumah Tangga khususnya sampah organik ternyata memiliki potensi besar dalam pemanfaatan energi berkelanjutan di masa depan. Menurut seorang peneliti dari Universitas Savoie Mont Blanc Perancis.  Sampah organik manusia tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru. Prosesnya adalah dengan memisahkan dan mengumpulkan unsur nitrogen di dalam sampah menggunakan insinerator. Nitrogen tersebut kembali dibakar untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator listrik. 

Pengelolaan limbah domestik di Indonesia memerlukan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat. Meskipun pemerintah terus berupaya meningkatkan infrastruktur pengelolaan limbah, kesadaran individu dalam mengelola limbah di tingkat rumah tangga sangat penting. Prinsip 3R harus diadopsi oleh setiap keluarga untuk mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan. Setiap rumah dapat memulai pemilahan dan pengolahan limbah secara sederhana. Kita dapat membantu mengurangi beban lingkungan dan masyarakat dalam pengelolaan limbah secara keseluruhan. Melalui langkah-langkah kecil seperti meminimalkan penggunaan plastik dan mendaur ulang, serta dengan memanfaatkan energi berkelanjutan dari limbah organik, kita dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup bagi umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline