Pada dasarnya banyak orang yang salah kaprah atau salah pemahaman antara kampung Jodipan dengan kampung Tridi. Padahal secara letak geografis kampung tersebut berbeda beda seperti halnya kampung Tridi yang terletak di kelurahan Kesatrian, sedangkan kampung warna warni terletak di kelurahan Jodipan. Secara umum memang terlihat semua warna bangunan berwarna warni sehingga masyarakat sebagian besar menyebutnya dengan kampung warna warni, tetapi apabila kita gali lebih dalam justru masing masing kampung itu sendiri berbeda dan memiliki ciri khas masing-masing. Kita dapat membedakan antara kampung Tridi dengan kampung warna warni dari segi tema mungkin sama sama berciri warna warni namun pada kampung warna warni kelurahanJodipan disana hanya terdapat hiasan seperti payung warna warni dan permainan warna dari cat decofresh. Sedangkan di kampung Tridi terdapat ornament lukisan tridi atau 3D (tiga dimensi) jadi kampung Tridi sendiri lebih fokus pada lukisan 3D. Hebatnya yang melukis lukisan 3D itu ialah seniman asli dari kampung Tridi yang dimana sebelum kampung Tridi ini dirubah tatanannya oleh program walikota Malang dengan kampus UMM para seniman ini bekerja diluar kota Malang diminta untuk pulang ke kampung aslinya yaitu dikampung Tridi tersebut. Guna mengecat atau melukis lukisan 3D dikampungnya. Jadi pada kampung Tridi ini lukisannya dibuat oleh seniman asli Malang dan asli penduduk kampung Tridi.
Pada saat sebelum direka atau dirubah tatanan wajah kampung Tridi, dahulunya penduduk atau masyarakat disana sebagian ada yang bekerja sebagai rombengan atau orang yang membeli barang yang bisa didaur ulang seperti aki, kertas koran dan sejenisnya lalu disetorkan lagi ke pengepul yang lebih besar. Adapula yang menjadi guru dan PNS, selain itu kampung Tridi ini juga terkenal dengan home industri bakso, lalu ada juga Jaran Kepang asli kampung Tridi selain itu juga terkenal industri bursa jok. Namun setelah tatanan lingkungan kampung Tridi ini direnovasi para masyarakatnya banyak yang memiliki mata pencaharian baru yaitu sebagai penjual jajanan dan makanan tempo dulu karena setelah direnovasi kampung Tridi ini menarik banyak minat turis lokal hingga mancanegara. Bahkan saat ini disana pun memiliki pengurus sendiri untuk kampung wisatanya yaitu Bapak Adnan sekaligus Ketua RW setempat. Beliau mengatakan efek dari adanya perenovasian ini sangat berpengaruh atau berdampak secara signifikan terutama di bidang ekonomi. Saat ini pun para warga disana membuat gantungan kunci yang digunakan untuk merchandise sekaligus tiket masuk uniknya tiket masuk ini tidak berbentuk kertas sampul atau sejenisnya melainkan sebuah gantungan kunci. Yang dimana program tiket tersebut dikelola dengan baik oleh warga setempat. Banyak pula warga yang menjajakan makanan tradisional dan jajanan lainnya akibat adanya turis yang datang.
Saat sebelum pandemi saja dihari kerja wisatawan yang mengunjungi kampung Tridi dapat mencapat sekitar 500 orang, dan di akhir pekan bisa mencapai 1000 orang. Ujar Pak Adnan sekaligus kepala RW. Namun setelah pandemi sendiri wisatawan menurun cukup drastis diakibatkan melonjaknya harga barang pangan dan sandang sehingga sering kali apabila ingin berwisata harus berfikir dua kali apakah akan melakukan refreshing atau menunda hingga memiliki dana yang lebih. Tetapi disisi lain hal tersebut pengurus wisata kampung Tridi tidak kehabisan ide untuk menciptakan suasana baru bahkan Bapak Adnan sendiri ingin membuat perpustakaan baca yang dimana di perpustakaan tersebut berisi tentang buku-buku tentang sejarah Tridi dan lainnya yang dimana sejarah kampung Tridi ini ditulis oleh mahasiswa dibeberapa kampus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H