Setujukah Anda bahwa melakukan penelitian itu menyenangkan, seru, memicu motivasi dan rasa ingin tahu, menambah pengalaman dan pengetahuan? Saya setuju.
Penelitian memang sedemikian menantang, terlebih jika hasil dari penelitian tersebut adalah suatu produk yang memiliki nilai jual, tentu saja lebih banyak motivasi untuk segera menyelesaikan penelitian tersebut.
Namun di samping segala keseruan melakukan penelitian, tidak jarang ada sesuatu hal yang sangat membosankan, menjengkelkan dan tidak jarang menguras habis semangat yang tadinya menyala-nyala, yaitu "memuatnya dalam bentuk tulisan".
Mungkin banyak dari kita yang ketika melakukan penelitian wajib disertai tulisan ilmiah, terutama mahasiswa. Skripsi adalah salah satunya. Saya tidak menyangkal bahwa dalam mengerjakan skripsi memang bagian yang paling menjenuhkan adalah ketika menulis (saya juga pernah jadi mahasiswa).
Dalam prosesnya, mungkin skripsi memang menyenangkan. Pergi ke suatu tempat, melakukan observasi terhadap objek, mencobakan sesuatu terhadap objek, merekam hasilnya, dan seterusnya, di mana rasa penasaran begitu besar. Puncak dari kesenangan tersebut adalah ketika kita mendapati hasil analisisinya, apakah sesuai dengan hipotesis atau berlawanan.
Sayangnya, banyak mahasiswa yang semangatnya hanya sampai di hasil penelitian saja. Ketika menuliskan pembahasan mulai merasa jenuh, ide sudah habis, dikejar deadline, ditambah lagi revisi dari dosen pembimbing banyak sekali dan kadang sulit dimengerti, di situlah biasanya jari kelingking kiri mulai nakal dengan menekan tombol "ctrl" dan jari telunjuk lebih nakal lagi dengan memilih tombol "C". Siapa yang sampai 2018 ini belum mengerti tentang kode legendaris ctrl+C dan ctrl+V?
Begitulah, senjata andalan mahasiswa (dan beberapa oknum peneliti malas) yang sering digunakan untuk menambah jumlah tulisan dalam papernya, dengan menyalin kalimat (bahkan paragraf utuh) dari suatu sumber di internet (entah apapun itu) dan menempelkannya (paste) ke paper miliknya.
Bro, itu tindakan yang sangat haram di dunia akademik. Tentu saja ada sanksinya. Tahukah Anda bahwa peneliti senior dapat membedakan tulisan asli atau hasil salinan ketika membacanya? Tidak jarang universitas melanggan suatu perangkat lunak khusus yang mampu mendeteksi keaslian atau kemiripan suatu tulisan dengan tulisan lain yang sudah terpublikasi.
Tindakan copy-paste tersebut seringkali digunakan karena dianggap dapat membantu mempercepat penyelesaian penulisan suatu karya ilmiah, padahal justru sebaliknya.
Dosen pembimbing tentu saja akan sangat berhati-hati dalam pembimbingan skripsi mahasiswanya, bukan karena ingin menghambat kelulusan mahasiswa namun menghindari sanksi yang juga akan dikenakan pada dosen dan lembaganya jika terdapat publikasi dengan indeks plagiasi tinggi atas nama dosen tersebut.
Hal inilah yang seringkali tidak dipahami mahasiswa, terutama mahasiswa yang memiliki orientasi "cepat lulus" (dan yang terlanjur berpikiran buruk terhadap dosennya).