Lihat ke Halaman Asli

Kukuh C Adi Putra

Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

Selepas Subuh: Lebaran dan Ladang Doa

Diperbarui: 31 Juli 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran bulan lalu adalah tepat 4 tahun lalu aku dan Istri berlebaran dengan model JJM (Jarak Jauh Message). Malam takbir hingga subuh, kami berlomba - lomba siapa yang duluan berkirim pesan maaf, ia sempatkan bangun pagi sekedar menaruh takzim kepadaku. Pagi menuju siang, rutinitas kita sekedar menanyakan kabar, itu pun sesempatnya. 

Karena seharian penuh ia berkeliling dan bersilaturahmi. Kami berasal dari keluarga besar, kebetulan jumlah sanak saudara dari orang tua kami berdua identik. Pusat dari kegembiraan di hari raya pun juga sama : Nenek. 

Kehadiran nenek memang menjadi oase. Bertemu nenek bukan hanya sekedar melepas rindu, tapi juga merawat kenangan-kenangan tempo dulu.

Sejatinya manusia selalu hidup dalam setiap ingatan. Menarik memori-memori lama membuat kita semakin berdaya. Jika jenis kenangannya indah maka tentu menyenangkan. Jika termasuk kenangan pahit, jadikanlah pelajaran hidup. 

Uniknya hanya tinggal nenek dari keluarga kami berdua. Kemiripan semacam ini sangat langka, mungkin itu salah satu alasan kuat mengapa kami berdua ditakdirkan berjodoh.

Lebaran tahun ini sedikit berbeda, giat silaturahmi keluarga kecilku terpusat di kampung halaman istri. Baru kali ini aku merayakan lebaran selain di Kota kelahiranku, Semarang. Aku masih ingat betul hegemoni mudik ketika dulu bekerja di Jakarta. Sejauh-jauhnya kita pergi, rumah adalah tempat terbaik untuk kembali. 

Bapak dan Ibu selalu hangat menyambutku, tak peduli apapun yang kubawa, pertanyaan khas orang tua selalu sama : Apakah di sana aku baik-baik saja.

Aku mulai memahami, sejauh apapun pencapaian atau jabatan kita, semua itu adalah pemanis sosial. Soal-soal itu hanya pembuka obrolan formil duniawi. Di mata orang tua, putranya sehat dan baik-baik saja adalah segalanya. Kesuksesan kita hanya pemantik berita bahagia, selebihnya kehadiranlah yang paling penting, apapun kondisinya.

Berapapun usia kita, di mata orang tua tetaplah sama. Mereka selalu memanggil kenangan lama sewaktu kita kecil. Selalu kurindukan momen dimana setelah lebaran, aku rutin membeli komik dragon ball. Setiap lebaran selalu tersaji makanan dan jajanan emping. Setiap lebaran uang sakuku meningkat drastis. 

Setiap lebaran aku selalu diajak makan mie ayam dan bakso. Traktiran mie ayam di keluargaku bisa dihitung jari. Jika bukan perayaan ulang tahun, ya saat lebaran saja momen itu terjadi. Hangat, dekat sekali. Jika diceritakan lebih panjang aku khawatir menjadi sentimentil.

Begitulah kiranya kenangan lama itu, sampai sebesar ini pun bagi mereka aku masihlah putra kecilnya yang lucu. Tanggalkan segala bentuk jubah jabatan, baju kesombongan, dan pernak-pernik kekayaan ketika memberi takzim. Mereka hanya perlu perhatian dan ketulusan hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline