Lihat ke Halaman Asli

Kukuh C Adi Putra

Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

Selepas Subuh: Manusia sebagai Penghuni Pusat

Diperbarui: 22 Juli 2024   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Manusia Penghuni Pusat (Sumber : Pixabay)

Siang dan malam terjadi jangan hanya dimaknai karena bumi itu berputar. Bumi berputar, iya, tapi itu soal teknis, ada yang lebih ideologis. Bumi berputar agar kita mengenal kerja dan istirahat secara bergiliran. Putaran bumi bukan untuk hal lain, melainkan untuk kepentingan kita sebagai manusia. 

Juga mengapa udara dan air diciptakan tepat ukuran. Karena meski tersedia, tapi jika tidak tepat takaran tidak berguna bagi paru-paru manusia. Sebetulnya masing-masing dari isi dunia ini terus berusaha menjaga ketepatannya, pusatnya agar setiap waktu tidak mudah bergeser. Untuk siapa ? Rasanya untuk kita.

Sepertinya seluruh mata rantai di dunia diadakan untuk kepentingan hidup makhluk dengan manusia sebagai pusatnya. Ini adalah mandat substansial, tentunya semua itu perlu dipahami dengan segenap konsekuensi.

Anggap kendali penuh itu pusatnya di kita, mau kemanapun bebas, namun hukum tata ruang menjelaskan di setiap sesuatu yang berubah posisi, pergeserannya harus mengakomodir prinsip manfaat, keteraturan, dan kenyamanan.

Apa yang membatasi pergerakan manusia ? Tentunya pergerakan manusia yang lain. Meminimalisir benturan adalah tugas kita sebagai penjaga pusat.

Mari berefleksi, bagaimana cara kita menyeimbangkan pergerakan dan meminimalisir benturan dengan penjaga pusat yang lain ? Mengatur ritme kecewa.

Bagi yang kecewa, masa lalu selalu salah, dan masa depan selalu cerah. Bagi yang berbakat kecewa, masa depan akan selalu mengecewakan begitu jadi masa kini. Akhirnya dia lebih suka membayangkan masa depan sebagai masa depan, dan sulit menjadi masa kini, karena selalu memposisikan berada di depan. Jika masa lalu terus dipersalahkan dan masa depan diimpikan, maka masa kini selalu jadi yang diremehkan.

Pihak yang meremehkan masa kini itu amat sulit menghentikan kebiasaan menyumpahi masa lalu dan khayalan indahnya akan masa depan. Karena itu banyak masa kini yang ditelantarkan. Para pengingkar masa kini adalah orang yang merasa isi hari ini selalu kurang. Sebab kelebihan dibayangkan cuma ada di masa depan. Padahal apa yang diburu di depan itu letaknya akan selalu di depan.

Masa depan yang telah menjadi hari ini dianggap tidak punya arti apa-apa karena tiba-tiba ada di depan lagi. Karena itu perburuan terhadap masa depan yang pasti adalah dengan penghormatan kita kepada hari ini. Kurangi prasangka buruk terhadap pemegang pusat-pusat yang lain. Percayalah akan kekuatan waktu. 

Mengkualitaskan hari ini sama dengan meninggalkan jejak indah untuk masa lalu dan membangun jembatan karir yang cerah untuk masa depan. Maka jika hari ini yang ada cuma penghianatan tugas dan membibit kekecewaan, percayalah, masa depan akan sulit menepati janji.

Setiap kita adalah penghuni pusat. Setiap kita menunggu pos jaganya masing-masing. Di hari ini banyak sekali pos jaga kosong ditinggalkan penghuninya, karena setiap hari rasa kecewanya selalu mengungguli prasangka baik. Jika hari ini pekerjaan kita menghianati tata ruang, maka kota-kota di masa depan tidak akan memberi keadaan layak huni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline