Lihat ke Halaman Asli

Kukuh C Adi Putra

Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

Cara Bijak Memberikan Kritik Tanpa Membuat Orang Tersinggung

Diperbarui: 9 Mei 2020   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengkritik (Sumber gambar: www.pixabay.com)

Well, Anda dan saya pada dasarnya sama. Memiliki hasrat ingin mengomentari suatu hal yang membuat jiwa-jiwa pertidaksetujuan bergetar. Jika terlalu berlebihan, siap-siap saja disambut netizen +62 dengan sebutan tukang nyinyir

Kritik pada dasarnya kita sendiri tidak pernah siap menghadapinya, namun sangat mahir melakukannya. Persoalannya, siapkah si penerima kritik dengan kritikan kita? Dikhawatirkan berujung menjadi benci, sakit hati, dan membentuk pribadi pendendam. Lantas bagaimana baiknya?

Kritik adalah suatu hal yang saya dan Anda begitu mudah memberinya, namun tidak pernah ingin menerimanya.

Bagaimana bisa Anda mengkritik namun pihak penerima tak sedikitpun menjadi marah? Tentu bisa, jika pada dasarnya Anda sangat paham betul karakter si penerima kritik, atau sebaliknya. Kondisi kedua mungkin si penerima kritik meminta dikritik sebagai refleksi untuk pengembangan dirinya. Logis saya kira.

Persoalannya, apakah kita selalu tepat memperhitungkan kondisi yang ideal saat melontarkan kritik, sekalipun dengan teman dekat. Sangat kompleks.

Saya pribadi sangat menghindari betul melontarkan kritik, sekalipun saat itu ingin sekali. Kita harus tajam mengukur dampak setelahnya, apa yang terjadi? Anda lega, pihak penerima kritik belum tentu! Kepuasan satu arah menghasilkan komunikasi yang tidak berimbang dan berujung kesalahpahaman.

Sesekali saya dan Anda harus mengedepankan pemikiran, "kalau saya jadi dia" ketika hendak menyampaikan kritik, sekalipun yang membangun atapun tidak.

Salah satu pimpinan saya pernah menunjukkan hal yang begitu toleran, beliau menyampaikan kritik tetapi dengan gaya yang berbeda. 

Suatu ketika beliau mendapati pegawainya merokok di ruangan yang notabenenya jelas tertulis kalimat "no smooking". Jika saya dan Anda dalam posisi tersebut, hal lazim yang dilakukan adalah menegur dengan lantang. Hebatnya, beliau tidak.

“Saya lebih menghargai jika kalian merokok di luar.”

Begitu singkat pekataan beliau. Mereka bergegas mematikan puntung rokok masing-masing. Mereka membayangkan teguran keras, dan apa yang didapat? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline