Lihat ke Halaman Asli

Kukuh C Adi Putra

Praktisi Pendidikan | @kukuhcadiputra

Kolot feat Adab

Diperbarui: 26 Desember 2018   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ada pertanyaan menarik tentang bagaimana bersikap menjadi seorang wanita muslim. Salah satu jawabannya adalah jangan memilih suami dengan pertimbangan ia kolot dengan agamanya, entah seiman ataupun tidak. 

Lelaki kolot jika ia seiman dengan anda cenderung menganggap dirinya lebih unggul. Padahal dalam Islam, suami dituntut mengedepankan prinsip syuro dalam berkeluarga. Tentu jawaban ini untuk anda yang percaya bahwa semua di hadapan Tuhan sama, apapun jenis kelaminnya. 

Pria dengan kekolotannya akan banyak menimbulkan ketidakpuasan, mengeksalasi perasaan marah, dan memicu ruang kecewa. Kecewa adalah bibit dari ketidakpercayaan. Meskipun satu paragraf lebih dijelaskan imbas daripadanya, kolot memiliki sifat dadakan dan sukar disadari pemicunya. Kolot ya kolot kurang lebih begitu. 

Mayoritas menyebut kolot bawaan dari lahir, bisa juga tidak. Kolot lebih kepada kemutlakan persepsi benar / salah. Ada satu kiasan : Tuhan menurunkan kebenaran ke dalam lima tingkatan, yang boleh diketahui manusia hanya sampai tingkat ketiga. 

Lalu kenapa manusia cenderung suka berselisih paham dalam tingkat yang sepenuhnya belum mereka kuasai. Mungkin perasaan ingin lebih unggul adalah suatu pemicu, entah disadari ataupun tidak. Maka dari itu adab lebih utama dibanding akal. Dan jika memang kolot, usahakanlah sedikit beradab. 

Jakarta, 7 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline