Lihat ke Halaman Asli

Intelijen Tidak 'Becus' Bukan Hanya di Sampang

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Tragedi penyerangan sekelompok orang terhadap kaum Syi'ah di Sampang Madura harusnya tidak terjadi, kalau saja ada tindakan preventif dan atisipatif dari pihak keamanan. Pada daerah-daerah rawan konflik seharusnya sudah bisa dideteksi lebih awal oleh aparat intelijen, karena peristiwa yang sama sudah pernah terjadi sebelumnya.

Pola kerja keamanan yang lebih antisipatif harusnya merupakan tugas intelijen, dalam kasus Sampang ini Presiden SBY menilai Intelijen belum optimal kerjanya. Tidak optimalnya kerja intelijen dalam mengantisipasi konflik penulis rasa tidak hanya di Sampang, didaerah yang terjadi konflik lainnya juga demikian, kalau intelijen berkerja secara optimal tentunya tidak akan terjadi konflik, karena sudah dideteksi lebih awal.

Optimalisasi kerja intelijen sangatlah diperlukan, karena yang sering terjadi sekarang ini setelah terjadi kerusuhan baru ada tindakan pemerintah, sehingga terkesan pemerintah tidak belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, tidak pernah bertindak secara preventif. Teguran Presiden SBY terhadap aparat intelijen juga dinilai tidaklah tepat, seperti yang dikemukakan oleh Ketua PP Muhammadyah , Din Syamsudin pada media,

"Kelemahan intelijen seharusnya jangan diucapkan. SBY-kan pemimpin negara tertinggi yang seharusnya bisa melakukan konsolidasi intelijennya," katanya saat ditemui di Universitas Islam Bandung, Selasa (28/8). (Merdeka.com)

Selain itu juga Din menganggap di Era Pemerintahan SBY gagal dalam mendeteksi kekerasan yang menyebabkan dua warga tewas. Namun demikian, kegagalan itu tak sepatutnya diumbar ke publik. Seharusnya menurut Din lagi, kegagalan tersebut dijadikan bahan instropeksi bagi pemerintahan SBY, cukup dibahas secara internal dan tidak perlu di publish kemedia.

Memang benar adanya apa yang dikemukakan Din Syamsudin, kegagalan aparat keamanan, khususnya intelijen dalam mendeteksi kerusuhan Sampang, adalah juga kegagalan pemerintahan SBY dalam memberikan rasa aman pada masyarakat, dengan demikian pernyataan SBY tersebut lebih seperti "Menepuk Air didulang, terpercik Muka Sendiri."

Penulis sangat berkeyakinan, disetiap daerah rawan konflik tentunya ada ditempatkan aparat intelijen, hanya saja kurang optimal dalam mendeteksi setiap reaksi dan aksi yang terjadi, sehingga tidak bisa mengantisipasi setiap gejala kerusuhan yang akan terjadi. Sudah saatnya peristiwa di Sampang Madura ini menjadi pelajaran baik bagi intelijen maupun aparat kepolisian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline