Lihat ke Halaman Asli

Ridwan SE Ak

Sopir - Melayani warga hingga mencapai tujuannya dengan nyaman aman dan selamat, tidak ugal-ugalan

Memilih Pemimpin yang Berkualitas

Diperbarui: 31 Maret 2024   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendahuluan
Baru saja kita lalui gelar Pemilihan umum lima tahunan serentak diseluruh pelosok negeri. Karut marut yang mengemuka sebelum dan setelahnya menggambarkan betapa kurang seriusnya bangsa kita menyongsong masa depan negeri tercinta.
Persiapan yang tidak dapat belajar dari pengalaman sebelumnya menunjukkan rendahnya kualitas tidak hanya pelaksana namun juga peserta. Masyarakat sebagai pemilih pun menunjukkan sikap yang boleh dibilang sangat minus tanggung jawabnya untuk negara.

Peranan Legislator dalam Pemerintahan
Calon Legislator yang mayoritas diisi oleh calon yang minus tanggung jawab kemajuan bangsa mencerminkan betapa jauhnya pemimpin negeri dari kualitas yang mumpuni, kapabilitas yang teruji dan integritas yang terbukti.
Dalam kontestasi pemilihan caleg, mereka hanya bermodal janji yang menyesatkan dan membodohi masyarakat.
Misalnya, banyak para caleg yang umbar janji akan membangun ini dan itu.
Disamping umbar uang sebagai iming iming.
Mirisnya, masyarakat tidak mau berpikir kedepan. Sikap masyarakat malah sangat rendah dan menyimpang dari aturan hukum negara dan juga norma Agana.
Mereka tak sadar bahwa Caleg modal uang adalah PERUSAK AKHLAK bangsa ini. Saya kira, kemampuan berpikir bangsa kita masih bertaraf pada pemenuhan isi perut sesaat. Inilah hal yang sangat menyedihkan.
Saya telah mencoba mendatangi warga dan menjelaskan bagaimana keseharusan warga dalam bersikap dan berketetapan hati memilih calon legislator yang benar.
Namun tetap saja sikap masyarakat sudah tercemar oleh pemikiran kebutuhan sesaat.

Krisis Kualitas Legislator
Banyaknya ruu dan usulan masyarakat untuk diundangkan yang tidak terealisir dan produk legislasi yang tidak bermutu bahkan pada akhirnya dianulir melalui judicial review menggambarkan betapa asalnya kerja para legislator dan kurangnya kemampuan dan daya pikir mereka dalam menghasilkan produk legislasi.  
Keterpilihan mereka menjadi bukti bahwa kualitas tanggung jawab masyarakat masih rendah dalam hal pelaksanaan tahapan demokrasi.
Masyarakat yang malas bertanggung jawab atas masa depan negara telah mengizinkan orang orang tak bermutu memimpin negeri ini.  Jadi masyarakat sesungguhnya tak lagi punya hak untuk protes atas ketidakadilan yang terjadi. Karena Masyarakat lah sesungguhnya yang menciptakan ketidakadilan.

Politik Uang
Kemiskinan lahir batin yang melekat pada Masyarakat menjadi peluang bagi orang orang tak bermutu untuk meraup keuntungan pribadi. Kebodohan akut masyarakat justru dimanfaatkan para begal anggaran berlomba menggapai kursi legislasi dengan cara memanipulasi logika pikir masyarakat untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Politik uang telah dijadikan alat transaksional dalam tiap pemilihan calon pemimpin.

Peran Partai Politik
Partai Politik yang nota bene sebagai produsen pemimpin negeri nyatanya diisi oleh orang orang yang oportunis. Sesungguhnya mereka tidak memiliki kemampuan apa apa untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh Masyarakat. Yang ada dibenaknya hanyalah keinginan untuk berkuasa dan mengeruk keuntungan. Mau Bukti? Cobalah daftarkan diri kamu jadi caleg. Rasakan sendiri bagaimana lingkungan kehidupan parpol.
Omong gede,  tipu daya, dan janji janji manis jika.....  Kamu punya banyak uang.

Peran Serta Masyarakat
Pada akhirnya,  ketika kita bosan dengan kondisi perpolitikan saat ini dan kita ingin ada perubahan maka masyarakat lah yang harus memulai.
Tinggalkan semua pemikiran CALEG KALAU SUDAH TERPILIH AKAN LUPA.
pilihlah caleg yang benar benar berjuang tanpa uang.
Undang mereka untuk hadir dalam sebuah event tatap muka tanpa harus membebani biaya.
Mereka adalah pelayan kita. Jangan peras mereka.
Ingat selalu bahwa kita bukanlah seorang beragama jika kita telah "makan" dari pemberian para caleg.
Ingatlah betapa zalimnya kita ketika kita meminta dan menerima pemberian caleg.
Ingatlah bahwa kita sudah KEHILANGAN AKHLAK Dan kembali hidup dalam zaman JAHILIYAH ketika kita menjadi bagian pemenangan CALEG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline