Lihat ke Halaman Asli

KBK (Kurikulum Berbasis Keliru)

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari mulai memasuki SMP saya sudah mengenal sistem pembelajran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Tetapi entah mengapa saya selalu tidak pernah nyaman dengan sistem yang satu ini. Yang saya rasakan, sistem KBK ini hanya mengacu pada hasil (nilai) bukan pada proses belajar, jadi bagaimanapun cara belajarnya yang penting nilai kita bagus (hasil). Dengan sistem KBK ini, sebagian besar siswa jadi lebih kreatif. Kreatif dalam mencari kunci jawaban, contekan, koalisi dengan teman, dan lain lain. Begitu pula kepada para pengajar dalam sistem tersebut, mereka hanya kejar setoran untuk deadline bab-bab mata pelajaran yang ada tanpa memberi asupan moral. Sehingga hasil dari lulusan-lulusan sistem tersebut juga hanya mempunyai mental curang, kurang bermoral, dan lebih parah lagi dampak luasnya tidak mampunyai prinsip dalam kehidupan.

Tidak jauh berbeda dalam dunia kampus, ternyata fakultas saya juga menganut sistem KBK. Pada semester ganjil kemarin tidak diadakan ujian terstruktur (baca: UTS, UAS), tetapi entah mengapa pada semester genap, fakultas saya mengadakan ujian terstruktur ini. Sebagian besar mahasiswa pasti merasa aneh, tetapi apa boleh buat mereka harus menghadapi ujian terstruktur itu. Sama seperti pada masa-masa sekolah, ujian terstruktur dalam sistem KBK hanya mengacu pada nilai (hasil) bukan pada proses perkuliahan. Bagi saya, hal ini mampu menghambat rangsangan kreatifitas karena dalam ujian terstruktrur kita hanya dituntut untuk mempelajari sub-bab materi perkuliahan hanya untuk hari itu, bukan untuk jangka panjang atau proses implementasi bermasyarakat. Tidak sedikit dari mereka-mereka yang membuat contekan, berkoalisi dengan teman, atau hal-hal lain yang bersifat fragmatisme.

Apakah tujuan kita belajar semata-mata hanya untuk hasil ? nilai bagus ? IPK tinggi ? Tidak.

Tujuan belajar bukan hanya untuk petualangan intelektual semata, tetapi bagaimana kita bisa menerapkan nilai-nilai moral pada kehidupan bermasyarakat. Ketika suatu Negara dihuni oleh manusia-manusia intelektual nonmoral, maka cepat atau lambat Negara itu akan dikuasai oleh pecundang-pecundang berpendidikan. Ini hanyalah bentuk rasa simpati terhadap suatu sistem pembelajaran. Inilah yang disebut dengan sistem KBK, Kurikulum Berbasis Keliru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline