Lihat ke Halaman Asli

Lika Liku Subsidi BBM, Beban Masyarakat Miskin Kian Berat

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Subsidi BBM tidak henti-hentinya menjadi pembicaraan baik dikalangan elit pemerintahan maupun di kalangan masyarakat jelata. Kenaikan BBM sering menjadi berita buruk buat masyarakat karena kenaikannya akan berdampak pada kenaikan barang-barang lainnya dipasaran dan yang paling parah adalah kenaikan bahan sembako buat kehidupan masyakat Indonesia.

Tahun 2014 ini negara akan mensubsidi BBM sebesar Rp. 246,46 Triliun, jumlah tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Mari kita liat saat sekarang subsidi yang begitu besar untuk BBM hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja, pemerintah beberapa kali kita ketahui membuat kebijakan untuk mengindari penayalah gunaan BBM bersubsidi dari mobil dinas yang tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi sampai dengan pelarangan penjualan subsidi di jalan-jalan tol, namun adakah dampak signifikannya ke penyelewengan BBM bersubsidi. Penyelewengan BBM bersubsidi yang paling parah terdapat di daerah-daerah seperti pelangsiran BBM bersubsidi yang makin marak terjadi yang sudah pasti akan merugikan pemerintah.

Dampak kenaikan BBM yang paling ditakuti masyakarat adalah naiknya bahan-bahan sembako, dimana sembako adalah keperluan sehari-hari. Bagaimana jika subsidi dialihkan ke bahan sembako? jika BBM bersubsidi hanya dinikmati orang-orang yang memiliki kendaraan bermotor baik roda 2 maupun 4, tapi bagaimana dengan orang-orang yang tidak memilikinya. Seperti di desa-desa, dikampung-kampung yang hanya mengandalkan sepeda pancal untuk beraktifitas apakah mereka memakai BBM bersubsidi. Jika subsidi BBM dialihkan ke bahan sembako maka semua orang akan bisa menikmatinya baik di desa maupun di perkotaan.

Subsidi Sembako juga akan meningkatkan kembali gairah pertanian yang sekarang sudah terlalu banyak bahan sembako yang diimport dari luar negeri. Mungkin ini hanyalah opini yang tidak memperhatikan segala aspek lainnya juga tanpa kajian, tapi mudah-mudahan hal ini dapat dipikirkan oleh pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline