Lihat ke Halaman Asli

Hadeuh... Panglima TNI Ini Mau Ngarang Apalagi?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Dalam sambutannya saat silaturahmi dalam rangka HUT ke-63 Kopassus, di Cijantung (Rabu, 29/4) Panglima TNI mengulangi keinginannya untuk membentuk Komando Gabungan Opersasi Khusus (Kogabopsus TNI) yang pengoperasiannya berada ditangan Panglima TNI (Sila baca : TNI akan satukan Denjaka, Sat 81 dan Denbravo http://mdk.to/8gBF )

Lagi-lagi mengulang cerita lama, kalau dulu Moeldoko mau buat ISOCom (Indonesia Special Operation Command). Sekarang ini mau membuat Kogabopsus TNI atau Kogabpassus TNI yang ujung-ujungnya adalah hanya untuk memberi peluang bagi Marinir dan Paskhas agar bisa menumpang kebesaran nama Kopassus yang senantiasa berhasil dalam pelaksanaan tugas dan selalu menang dalam bertempur.

Satu-satunya penugasan yang mencemarkan nama besar Kopassus adalah ketika dilibatkan dalam operasi pembebasan ABK MV Sinar Kudus yg disandera perompak di perairan Somalia. Operasi yang dipimpin oleh TNI AL dan Marinir-nya selain melahirkan konflik internal TNI AL, juga sarat dengan rekayasa politik, dan manipulasi taktik untuk menutupi keberhasilan perompak mendapatkan sejumlah uang yang dia tuntut. Jadi sandera itu telah dibebaskan perompak karena telah diberi uang tebusan. Setelah itu baru kemudian didramatisir dibuat cerita penyanderaan diwarnai tembak-tembakan yang seru, layaknya film Hollywood. Padahal, tidak ada satu pun bukti visual berupa mayat perompaknya atau pun senjatanya, yang ada tersisa cuma sampan kecil yang kosong. Sila baca kisahnya di : http://m.kompasiana.com/post/read/686848/3/evaluasi-operasi-pembebasan-sinar-kudus-aib-komando-tni.html

Meski bukan tentara, siapa pun yang mau baca sejarah pertempuran di Indonesia, pasti bisa mengetahui, bahwa tidak pernah ada satu pun tugas pertempuran yang pernah dimenangkan oleh unsur Marinir atau Paskhas. Kalaupun mungkin ada, pastinya hanya pertempuran kecil-kecilan yang nggak penting-penting amat dicatat sejara, atau bukan 'decisive battle'. Disini dapat dilihat, bahwa kualitas kedua satuan itu jelas bukan padanannya Kopassus.

Saat melakukan demo taktis di depan Presiden saja prajurit Denjaka Marinir telah menderita korban cidera parah. Jauh ke belakang, saat operasi Dwikora, 2 prajurit Marinir gagal melaksanakan tugas menghancurkan sasaran militer. Jadinya malah meledakkan bangunan sipil dan tertangkap, mirip dengan perilaku teroris saat ini. Demikian juga dengan ketika anggota Marinir menysup ke Singapura pada masa konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia tahun 1962-1966. Begitu pula dengan Paskhas. Tidak hanya gagal dalam melaksanakan tugas, dalam operasi Trikora dan Dwikora tercatat ratusan prajurit Paskhas ditawan Tentara Belanda dan Tentara Malaysia.

Sejarah perang dan pertempuran di Indonesia memang melekat dengan sejarah Angkatan Darat, sejarah Kopassus itu sendiri. Kopassus itu sangat spesial, sakral penuh kehormatan dan kebanggaan. Sejarah panjang keberhasilan Kopassus yang membentuknya itulah sumber mata air spirit juang bagi satuan lainnya. Jika Kopassus itu sumber mata air semangat juang bagi prajurit TNI, kemurniannya harus dijaga sepanjang masa. Kopassus tidak boleh dicampur dengan air keruh lainnya, agar tetap terjaga kemurniannya. Sejarah pertempuran demi pertempuran dan kesuksesan yang diraih Kopassus justru harus lebih ditingkatkan, bukan dilemahkan dengan mencampurnya dengan kesatuan lain yang teruji belum memiliki prestasi tempur yang membanggakan.

Sepertinya Panglima TNI terlalu memaksakan diri bila ancaman 'hanya' kelompok radikal ISIS, dan perang yang katanya 'within society' yang diprovokasi oleh pertentangan etnis dan faham radikal, lalu berkeinginan membuat pasukan khusus gabungan apa pun namanya. Kalau 'cuma' seperti itu ancamannya, tentu itu bukan porsinya pasukan khusus untuk menghadapinya. Terlalu kecil bagi satuan pasukan khusus untuk menangani masalah keamaan domestik seperti itu. Penggunaan alasan interoperability dan standby force TNI untuk penanggulangan terorisme juga tidak tepat untuk membentuk Pasukan Khusus gabungan. Di tengarai ambisi ini bagian skenario asing melemahkan kemampuan Kopassus. Saat ini melihat kekuatan tempur TNI, ya terletak pada kekuatan intinya di Kopassus. Melemahkan Kopassus dari dalam melalui kebijakan, sebab Kopassus sulit dilemahkan dan dikalahkan dari luar.

Sudahlah panglima lengkapi saja Kopassus dengaan Kapal Perang dan Pesawat TNI AU yang canggih dan dapat mendukung pelaksanaan tugas infiltrasi operasi khusus yang bersifat strategis. Bukan hanya cuma pembebasan sandera dan menghadapi ISIS yang sudah banyak ditangkap oleh polisi.

Selain ingin membentuk Pasukan Khusus Gabungan, Kowilhan yang telah dibubarkan ditahun 1985, mau dihidupkan lagi dengan nama Kogabwilhan. Jabatan Wakil Panglima TNI yang dihapuskan tahun 2000 mau dihidupkan lagi. Dan sekarang ... Operasi Gabungan Marinir dgn Kopassus di perairan Somalia yanag secara akademis dinilai gagal. Eh... malah dijadikan referensi utk membuat Kogabpassus. Kan sudah ada Kopassus yang sangat legendaris karena senantiasa mampu memenangkan pertempuran. Kopassus kan cuma satu? Di negara manapun, pasukan khusus cuma satu. Di Indonesia ada Kopassus yang nama besarnya diakui dunia.

Saran kami pada Panglima, jangan hambur-hamburkan uang rakyat untuk membentuk organisasi yang nggak penting-penting amat dan dibuat hanya untuk mewadahi kepentingan politik pencitraanmu. Sudah panglima ... cukup!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline