Lihat ke Halaman Asli

Travelling at Sekedar Nebeng Selfie

Diperbarui: 10 Juni 2016   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Traveling adalah sebuah perjalanan jiwa. Bersentuhan dan merasakan sebuah proses perjalanan. Bukan sekedar menjejakkan kaki di tempat tujuan semata. Mungkin kredo diatas menjadi terlalu serius. Apalagi di jaman yg dikuasai media sosial saat ini. Banyak individu ingin diakui keberadaannya dengan menampakkan foto diri menjejakkan kaki di tempat yg dipersepsikan "mahal" di semua pelosok bumi.

Terjadilah proses perjalanan instan, demi kepentingan "check in lokasi" dan juga pembuktian keberadaan dengan foto diri terpampang di semua icon wisata dalam dan luar negeri. Sebuah foto diambil, dan kemudian ditautkan sebagai pembuktian di berbagai platform media sosial. Kredonya adalah semakin jauh dan mahal adalah semakin bergengsi.

Para pengelola agen perjalanan adalah salah satu yg paling bahagia menyambut fenomena ini. Mereka menawarkan paket perjalanan dengan berkunjung ke banyak obyek wisata, atau malah banyak negara dalam waktu yg telah dimampatkan. Dengan kemudahan paduan  moda transportasi, banyak tempat bisa dijajaki dalam satu hari. Untuk Eropa, rata-rata satu hari mengunjungi tiga obyek wisata supaya esoknya bisa berpindah negara.

Kadang satu obyek wisata, ataupun malahan negara, hanya perlu waktu 30 menit untuk menjejakinya. Yang penting keperluan foto dan membeli barang souvenir bisa terpenuhi. Kemudian disambung dengan acara makan yg walaupun berganti-ganti restauran, tetapi mencari yg paling mirip dengan makanan negeri sendiri. Dan yang paling penting jangan terlupa ada nasi. 

Ketika sampai ke rumah, tak ada yg mempertanyakan apakah pada akhirnya para pelancong ini bisa benar-benar "merasakan" udara lokal dari tempat yg dikunjunginya. Apalagi untuk "membaui" nilai historis dan budaya dari banyak obyek wisata yg telah dikunjunginya. Janganlah tanyakan mengenai penggembaraan rasa lidah, karena hampir semua meghendaki makanan negeri Ibunya, dan juga tentunya tempat-tempat untuk memuaskan nafsu belanja memenuhi banyak koper yg nanti dibawa pulang.

Kemudian ketika benar-benar kembali menjejakkan kaki di bandara negeri kita, sebetulnya tak ada negeri yg benar-benar dikunjungi. Tak pernah ada percakapan intim dan perkenalan dalam saat mereka menghirup udara di luar sana. Mungkin lebih murah dan menghemat tenaga jika pelancong ini mencari gambar obyek wisata di internet dan memasukkan dirinya disana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline