Indonesia merupakan salah satu negara terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Sejarah antara Indonesia dan Palestina sudah terjadi semenjak awal berdirinya kemerdekaan Indonesia. Diplomasi dalam mengakui kemerdekaan Indonesia pertama kali dimulai dari negara Mesri dan Palestina.
Tim delegasi Indonesia yang dikirim ke negara-negara di Timur Tengah disambut dan menerima dukungan dari Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, seorang mufti Palestina yang kemudian membantu Indonesia dalam melobi negara-negara di Timur Tengah untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Hingga pada saat itu, Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1947 dan kemudian diikuti oleh negara-negara di Timur Tengah lainnya. Setelah Indonesia merdeka, Indonesia selalu aktif melawan kependudukan Israel atas Palestina. Meskipun Israel telah mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1950, Indonesia belum mengakui kemerdekaan Israel.
Pada tahun 1974, Indonesia mengakui keberadaan dari Palestine Liberation Organization (PLO) yang didirikan oleh Yasser Arafat sebagai perwakilan dari kelompok rakyat Palestina di kancah internasional. Lalu pada 15 November 1988, Palestina mendeklarasikan kemerdekaannya di Algeiers, ibu kota dari Algeria.
Satu hari kemudian, Indonesia mengakui kemerdekaan Indonesia sekaligus memulai hubungan diplomatiknya dengan Palestina pada 16 November 1988. Pada tahun 1991 kantor Kedutaan Besar Palestina secara resmi dibuka di Jakarta. Pada tahun 1993 Presiden Palestina, Yasser Arafat, mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soeharto.
Pada tahun 2006 setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan umum, Indonesia menyatakan rasa hormat atas keputusan rakyat Palestina untuk mengadakan pemilihan umum secara demokratis dan menyerukan kepada negara-negara barat yang menentang hasil pemilu untuk tidak memiliki prasangka terhadap Hamas.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, melakukan kunjungan kerja ke Indonesia pada tahun 2007 dan 2010. Kunjungan Palestina ini bertujuan untuk meminta Indonesia dukungan, baik dalam upaya menghidupkan kembali proses perdamaian, maupun rekonsoliasi internal Palestina, terutama antara faksi Fatah dan Hamas.
Langkah yang diambil Indonesia
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, selalu mengatakan bahwa perjuangan yang sudah dilalui oleh Palestina merupakan jantung dari kebijakan politik luar negeri Indonesia. Di setiap nafas diplomasi Indonesia selalu terdapat Palestina di dalamnya. Oleh karena itu, Indonesia tidak akan pernah berhenti berupaya untuk membantu membebaskan Palestina.
Konsulat Republik Indonesia di Ramalah merupakan langkah awal untuk mendekatkan diri dengan rakyat Palestina. Pada tahun 2016, Indonesia menjadi tuan rumah 15TH Extraordinary OIC Summit on Palestine and Al Quds Al Sharif.
Sebelumnya, pada tahun 2015 Indonesia menjadi tuan rumah konferensi internasional dengan isu permasalahan di Yerusalem. Indonesia juga aktif di Konferensi Perdamaian yang diadakan oleh Perancis.