Kebutuhan energi sebuah gedung pencakar langit itu bisa menyamai atau bahkan melebih kebutuhan energi sebuah kabupaten di Indonesia. Bisa dibayangkan kan, bila sebuah kota memiliki 200 lebih gedung pencakar langit, yang tingginya di atas 100 meter. Betapa repotnya memenuhi kebutuhan energi gedung-gedung dalam kota itu saja, baik itu berupa energi listrik ataupun energi lainnya, kebutuhan air bersihnya, pengolahan air kotornya, pengelolaan sampahnya, kualitas udara bersihnya.
Nah, dengan bantuan teknologi bangunan hijau sekarang ini semua ada optimasinya, tinggal pemilik gedung itu mau atau tidak melaksanakannya. Karena, penghematan energi listrik dan energi lainnya, penghematan air bersih, manajemen sampah dan kualitas udara yang baik, memang membutuhkan investasi tinggi di awal tapi bila mengingat umur gedung itu bisa seratusan tahun, maka untuk keseluruhan total biaya jangka panjang menjadi lebih ekonomis.
Gedung Pencakar Langit di Dunia Saat Ini
Saat ini di Jakarta, gedung paling tinggi adalah gedung Gama Tower atau Cemindo Tower di daerah Kuningan, dengan tinggi 289 meter. Sementara gedung pencakar langit tertinggi dunia ada di Dubai, yakni Burj Khalifa setinggi 828 meter. Seperti bisa dilihat di gambar atas, Shanghai Tower baru saja jadi dan dibuka tahun ini, menggeser kedudukan Mekkah Clock Royal Tower, yang tadinya menempati posisi kedua gedung tertinggi dunia. Shanghai Tower ini tingginya 632 meter dan Makkah Clock Royal Tower tingginya 601 meter.
Konon, masih akan dibangun gedung-gedung lain yang tidak hanya mencakar langit tapi juga menembus langit, yang sampai ini diketahui akan dibangun di Jeddah setinggi 1000 meter, hallah... tinggi gedung sudah seperti jarak jalan saja, bisa pakai km tidak hanya meter lagi!
Shanghai Tower
Hanya dalam waktu satu minggu, saya berhasil selesaikan membaca buku karya penulis Amerika turunan Cina, Lisa See. Lisa See sungguh penulis istimewa, ia berhasil mendekatkan saya tidak hanya pada orang-orang dalam bukunya tapi juga pada budaya dan sejarah kelam Cina di tahun 1957. Rasanya saya turut senang, sedih, antusias, kesal, gemas dan tegang dengan kondisi Joy, pemeran utama dalam buku Tochter des Glücks, atau judul aslinya Dreams of Joy. Tekanan dan ketegangan di akhir buku, membuat saya semakin cepat membuka lembar demi lembar halaman buku dan kemudian tersedot serta hanyut dalam setiap kata-kata Lisa See. Pun ketika buku sudah selesai saya baca, sensasinya masih demikian menggelayut sehingga sejarah Negari Tirai Bambu ini kembali saya baca dan diskusikan dengan suami saya.
Suami saya memang lebih mengenal Shanghai dari dekat dan aktual. Dengan banyaknya perusahaan Jerman di Cina, membuat suami saya setiap tahun dinas ke Cina, terutama Shanghai. Selalu banyak cerita baru tentang kota Metropolitan Shanghai ini, dalam satu tahun di Shanghai apa pun bisa terjadi, salah satunya jalan layang yang tahun lalu belum ada, minggu lalu sudah turut meramaikan lalu lintas Shanghai. Sungguh sulit dipercaya. Tapi dari semua cerita suami saya, paling menarik bagi saya adalah adanya jaringan sepeda kota sejak bulan Mei tahun ini dan telah selesainya Shanghai Tower, gedung pencakar langit kedua tertinggi di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai. Shanghai Tower ini tingginya 632 meter, sedangkan Burj Khalifa 828 meter. Luar biasa, ya.... konon nih... sampai tahun 2019 nanti akan bermunculan pencakar-pencakar langit lebih tinggi lainnya. Tertinggi konon akan ada di Jeddah setinggi 1.000 meter, ya tidak salah baca 1 km... ck ck ck. Kita lihat saja apa ini akan terwujud.
Sebelum Shanghai Tower jadi, gedung tertinggi di Cina adalah World Financial Center, yang letaknya persis sebelahnya, yang bentuknya seperti pembuka botol, tingginya 492 meter. Sekarang, melihat gedung pembuka botol ini tidak lagi ke atas tapi ke bawah, terutama kalau dilihat dari Shanghai Tower... hehehe. Tahun 1990 daerah Pudong ini masih secara eksplisit down to earth, dalam waktu 2 dekade dari nol melesat melebihi Manhattan, dengan lebih dari 200 gedung pencakar langit yang tingginya lebih dari 100 meter. Tampaknya kalau dulu orang berlomba-lomba membuat Katedral dan Istana cantik, sekarang ini orang berlomba-lomba bangun gedung tinggi... makin tinggi makin bergengsi.
Kembali ke Shanghai Tower ini, yang membuat saya sedikit lega itu adalah kesadaran Cina mulai mau berpikir hijau dan berkesinambungan. Gimana pun juga kan hampir satu per tujuh manusia di atas bumi ini hidup di Cina. Cina setelah menolak Kyoto Protocol, sekarang mau ikut meratifikasi Kesepakatan COP Paris dan heiiiii... gedung pencakar langit teranyar ini, dapat predikat emas lho dari LEED, artinya gedung pencakar langit ini dibuat berdasarkan kriteria gedung hijau kedua paling tinggi dan berkesinambungan, dari Konsil Bangunan Hijau USA. Artinya apa? Konsumsi listriknya rendah, karena memakai insulasi dan kaca berlapis. Selain itu gedung pencakar langit ini memiliki 270 turbin angin untuk penerangan eksteriornya. Lalu hemat air, karena mendaur ulang air bekas dan menggunakan air hujan untuk irigasi dan menyiram toilet.
Semoga. gedung-gedung pencakar lainnya mengikuti prinsip teknologi hijau bangunan hijau. (ACJP)