Pemancing di jembatan Galata, Turki ini tidak pernah sendirian. Sepanjang jembatan terlihat berdesak-desakan terutama di tempat yang mungkin banyak ikannya. Apakah ikan di bawah sana juga seramai pemancing di atas jembatan ini ?? Entahlah, tapi yang pasti memperhatikan mereka mancing tidak cukup lihat semenit dan terus pergi tapi menjadi satu jam yang mengasyikkan. Umpannya pun bukan hanya satu di ujung pancing, tapi bertingkat-tingkat. Seru sekali memperhatikan betapa repotnya mereka saat memasang umpan.
Saya memang bukan pemancing, saya lebih pantas disebut pemotret yang mancing hehehe. Memancing membutuhkan kesabaran dan ketenangan hati. Tampaknya saya belum sampai ke taraf itu. Terkadang saat hening shalat yang hanya 5 menit saja, saya jadi teringat masih harus melakukan ini dan itu, apalagi kalau mancing dalam hening berjam-jam, bisa-bisa rencana sampai 10 tahun ke depan ikut tersusun.
Terkadang saya pikir, pemancing yang passionate adalah seorang penyendiri yang tidak pernah merasa kesepian, hampir mirip seorang filosof, yang selalu sibuk dengan pikirannya, tidak perduli kekayaan, tidak perduli pujian dan tidak perduli pamor.
Dalam jalan-jalan kami blusukan ke tempat-tempat hijau yang sepi, ke pinggir danau, ke pinggir laut selalu menemukan para pemancing, yang terlihat damai hanya dengan pancingannya. Seperti terlihat di gambar bawah ini, rasanya ikut girang, melihat pemancing ini di tempat tersembunyi, hening sendirian berhasil memancing seekor ikan. (pssst ... tentu saja, kami girangnya tidak berani bersuara ... horeee horeee nya hanya dalam hati, khawatir ikan-ikan lain menjauh dari pancingannya).
Selanjutnya, ternyata pemancing yang sendirian bukan artinya tidak mau menolong. Shubuh menjelang pagi di pinggir laut Normandie, saya menjadi saksi sikap pemancing dan nelayan yang harmonis. Pemancing bermantel hujan kuning, pagi itu sudah cukup menarik perhatian saya. Ia tampak sendirian asyik memancing, hanya ada ia dan pancingannya dalam geliat pagi yang terasa dingin bagi saya.
Tidak lama kemudian, saya lihat dua nelayan tidak jauh dari pantai, sedang menyiapkan kapalnya untuk berlayar. Dengan lambat tapi pasti, setelah menaikkan barang-barang dan mengecek kapalnya, mereka pun mendorong kapalnya di atas pantai berbatu. Si pemancing tampak terpecah konsentrasinya dan menengok ke belakang. Melihat para nelayanini kerepotan, ia pun tergesa berlari dan mendekat.
Sang pemancing berbincang sejenak dengan para nelayan ini lalu membantu mendorong kapal nelayan ke arah laut. Setelah kapal masuk air, ia pun kembali ke pancingannya dan tenggelam kembali dalam keasyikannya memancing. The end deh... kisah pagi yang harmonis antara pemancing dan nelayan. Saya pun lekas bergegas kembali menyusuri pantai, menyimak tanaman laut apakah yang berwarna putih dan hijau, terlihat banyak terdampar di pinggir pantai. Salam hijau ... (ACJP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H